Salah satu pendorong utama pertumbuhan adalah keberhasilan peluncuran paket internet “Starlite” dengan harga terjangkau, yakni Rp100.000 per bulan untuk kecepatan hingga 200 Mbps. Produk ini berhasil meningkatkan jumlah pelanggan WIFI menjadi 385 ribu pada akhir semester I, dengan total kumulatif mencapai sekitar 420 ribu.
Tak hanya dari segmen telekomunikasi, pertumbuhan juga terlihat di lini iklan. Pendapatan dari segmen ini tercatat Rp133 miliar pada kuartal II-2025, naik 34,3 persen secara kuartalan dan 14,2 persen secara tahunan.
Dari sisi profitabilitas, margin EBITDA meningkat menjadi 77,4 persen, naik tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu di 63,1 persen. Peningkatan margin ini utamanya didukung oleh efisiensi di bisnis iklan yang mencatat margin EBITDA sebesar 82,1 persen. Laba bersih WIFI juga melonjak 76 persen secara kuartalan menjadi Rp145 miliar, mencerminkan 41,7 persen dari estimasi laba setahun penuh yang dipatok Samuel Sekuritas.
Dalam riset terbaru yang terbit pada 16 Juli 2025, Samuel juga menyoroti kontribusi pendapatan lain sebesar Rp59 miliar di semester I-2025, yang berasal dari laba bersih sejumlah ISP lokal yang telah diakuisisi. Karena perbedaan waktu pengakuan aset, angka ini dicatat sebagai pendapatan lain, bukan sebagai bagian dari pendapatan utama.
Galang Dana via Rights Issue hingga Obligasi
Melihat ke paruh kedua tahun ini, Samuel Sekuritas optimistis pertumbuhan laba akan berlanjut seiring fleksibilitas pendanaan yang dimiliki perusahaan. WIFI telah berhasil menggalang dana sekitar Rp8,5 triliun dari rights issue serta penerbitan obligasi dan sukuk yang oversubscribed. Selain itu, suntikan dana tunai sebesar Rp1 triliun dari NTT memperkuat neraca perseroan untuk ekspansi pelanggan.