Pefindo menuturkan, peringkat perusahaan terutama dipengaruhi oleh kemungkinan dukungan yang sangat kuat dari SMBC sebagai induk perusahaan, di samping profil kredit standalone yang mencerminkan profil permodalan yang sangat kuat, posisi pasar yang sangat kuat, namun sedikit dibatasi oleh tingkat persaingan yang ketat di industri perbankan.
"Peringkat dapat diturunkan jika kami melihat adanya pelemahan tingkat dukungan dan kepemilikan SMBC terhadap BTPN. Peringkat juga dapat berada di bawah tekanan jika profil bisnis atau kinerja keuangan BTPN memburuk secara signifikan, tanpa adanya indikasi dukungan dari SMBC," terang Pefindo.
BTPN adalah bank umum yang fokus pada segmen korporasi, pensiunan, UMKM, dan konsumer. Per kuartal III-2023, pemegang saham BTPN, terdiri dari SMBC (92,43%), PT Bank Central Asia Tbk (1,02%), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (0,15%), saham tresuri (1,13%), dan publik (5,27%).
Sekadar informasi, Bank BTPN akan melakukan penambahan modal melalui skema rights issue sebanyak 3,09 miliar saham biasa.
Nilai nominal saham baru yang akan diterbitkan, yakni Rp20 per saham. Penyetoran atas saham pada PMHMETD II ini rencananya akan dilakukan dalam bentuk uang.
BTPN menargetkan perolehan dana rights issue Rp6,7 triliun. Sehingga, harga pelaksanaan rights issue BTPN minimal Rp2.165 per saham.
"Perseroan berencana untuk menggunakan seluruh dana yang diterimanya dari PMHMETD II (setelah dikurangi dengan biaya emisi), untuk pembiayaan proyek perseroan yang akan datang untuk pertumbuhan inorganic (termasuk melakukan akuisisi di perusahaan lain)," ujar Manajemen BTPN, awal Desember 2023.
(FAY)