Karena pihak berwenang tidak terlalu terpengaruh oleh nilai tukar rupiah, bank sentral kemungkinan besar tidak akan mempertimbangkan untuk menaikkan BI-Rate pada pertemuan 20 Juni mendatang dan memilih mengambil langkah-langkah lain untuk mengatasi volatilitas mata uang.
Bloomberg mencatat, rupiah telah merosot 2,6 persen pada kuartal ini ke level terendah dalam empat tahun.
Sektor perbankan kini menghadapi tekanan baru di tengah pembayaran dividen musiman dan arus keluar jamaah haji, ditambah dengan aksi jual di pasar keuangan negara berkembang di tengah ketidakpastian mengenai jalur kebijakan The Fed.
Dari segi kebijakan fiskal, pemerintah kini masih merancang formulasi yang tepat dalam menghadapi transisi kepemimpinan dan menjelang 2025. Ini karena sejumlah program yang dianggap bisa membebani APBN.
Di antaranya adalah janji kampanye Presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka seperti menyediakan makan siang dan susu untuk pelajar.
Kebijakan ini dianggap Morgan Stanley dapat menimbulkan beban fiskal yang besar, sementara prospek pendapatan Indonesia juga memburuk.
Ini terasa dari penurunan nilai ekspor Indonesia April 2024 mencapai USD19,62 miliar atau turun 12,97 persen dibanding ekspor Maret 2024. (Lihat grafik di bawah ini.)
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–April 2024 mencapai USD81,92 miliar atau turun 5,12 persen dibanding periode yang sama tahun 2023. Sementara ekspor nonmigas mencapai USD76,67 miliar atau turun 5,43 persen.
Bank Indonesia juga baru saja melaporkan posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia meningkat mejadi USD139 miliar pada akhir Mei 2024.
Jumlah kenaikan cadev ini sebesar USD2,8 miliar dibanding posisi pada akhir April 2024 sebesar USD136,2 miliar.
Namun, peningkatan cadev ini masih bersumber dari penerbitan surat utang negara (SUN).
Jika menengok pada APBN KiTa edisi April 2024 mencatat, komposisi utang pemerintah hingga 30 April 2024 tercatat Rp8.338,43 triliun.
Secara nominal, posisi utang pemerintah tersebut bertambah Rp76,33 triliun atau meningkat sekitar 0,92 persen dibandingkan posisi utang pada akhir Maret 2024 yang sebesar Rp8.262,1 triliun.
Sementara itu, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 38,64 persen, turun dari rasio utang terhadap PDB bulan sebelumnya yang mencapai 38,79 persen.
Secara rinci, utang pemerintah didominasi oleh instrumen SBN yang kontribusinya sebesar 87,94 persen. (ADF)