IDXChannel - Harga minyak mentah Brent turun 2,8 persen dan ditutup di level USD69,7 per barel pada Jumat (1/8/2025) pekan lalu, di tengah laporan bahwa OPEC dan sekutunya kemungkinan segera menyepakati kenaikan produksi.
Minyak mentah WTI juga melemah 2,7 persen dan ditutup di USD67,3 per barel.
Sumber yang dekat dengan diskusi OPEC+ menyebutkan, dikutip Trading Economics, kesepakatan untuk menaikkan produksi sebesar 548.000 barel per hari pada September bisa saja difinalisasi secepatnya pada Minggu, meski pembicaraan soal volume pasti masih berlangsung.
Sentimen pasar juga tertekan oleh kebijakan tarif baru yang diteken Presiden Donald Trump terhadap puluhan negara, termasuk Kanada, India, dan Taiwan, yang mulai berlaku pada 7 Agustus.
Di sisi lain, harga minyak mendapat sedikit dukungan dari kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan, setelah Trump mengancam akan menerapkan sanksi sekunder 100 persen terhadap pembeli minyak Rusia.
Langkah ini dapat membuat hingga 2,75 juta barel per hari ekspor minyak Rusia melalui laut berada dalam risiko, terutama ke China dan India. Penyelesaian sejumlah kesepakatan dagang dan kemungkinan kemajuan lebih lanjut dengan China juga membantu membatasi penurunan harga.
Proyeksi Sepekan
Mengutip analisis FXEmpire, pasar minyak mentah WTI sempat menunjukkan kecenderungan sangat bullish sepanjang pekan, sempat menembus level USD70, meski kini berada di bawahnya. Saat ini, pasar tampaknya tengah membentuk kisaran harga musim panas.
Jika harga mampu menembus puncak candlestick mingguan, ada potensi reli menuju USD73. Namun, penurunan jangka pendek tetap mungkin terjadi, dan level USD65 diperkirakan menjadi titik support yang cukup kuat.
Pasar Brent menunjukkan pola serupa, tengah menguji rata-rata pergerakan 50 pekan (50-week EMA) namun kehilangan sebagian keuntungan sebelumnya. Saat ini, level USD68 masih menjadi area support penting. Pelaku pasar tampaknya mulai bertaruh pada kemungkinan reli musim panas.
Namun, perlu dicatat bahwa pergerakan harga pekan ini banyak dipicu oleh ancaman sanksi dari Trump terhadap Rusia, serta tekanan terhadap negara-negara seperti India yang masih membeli minyak dari Rusia.
Dengan kemungkinan pasokan global yang terganggu, pasar masih cenderung bullish di periode ini. Namun, apakah harga benar-benar bisa menembus kisaran saat ini masih perlu dilihat.
Saat ini, pasar minyak tampaknya sedang mencari kisaran harga yang lebih stabil--hal yang cukup umum, mengingat pasar minyak cenderung bergerak fluktuatif dalam jangka waktu panjang.
Jika melihat dua setengah tahun terakhir, harga saat ini pada dasarnya kembali ke kisaran lama yang sudah beberapa kali diperdagangkan. (Aldo Fernando)