sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pasar Terhimpit Data Tenaga Kerja, Wall Street Dibuka di Zona Merah

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
06/10/2023 21:26 WIB
Pasar tenaga kerja yang panas mengipasi potensi kenaikan inflasi, serta peluang suku bunga tinggi.
Pasar Terhimpit Data Tenaga Kerja, Wall Street Dibuka di Zona Merah (foto: MNC Media)
Pasar Terhimpit Data Tenaga Kerja, Wall Street Dibuka di Zona Merah (foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks utama Wall Street dibuka di zona merah akhir pekan, Jumat (6/10/2023), terbebani peningkatan jumlah pekerjaan di Amerika Serikat.

Pasar tenaga kerja yang panas mengipasi potensi kenaikan inflasi, serta peluang suku bunga tinggi.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,24 persen di 33.039,06, S&P 500 (SPX) koreksi 0,54 persen di 4.235,40, sedangkan Nasdaq Composite (IXIC) melemah 0,72 persen menjadi 13.125,01.

Departemen Tenaga Kerja mencatat data non-farm payrolls (NFP) sebesar 336.000 pekerjaan pada periode September. Angka ini jauh di atas ekspektasi, sekaligus periode sebelumnya sebanyak 227.000.

NFP merupakan laporan jumlah tenaga kerja Amerika Serikat di semua sektor, kecuali sektor pertanian, pegawai pemerintah, pegawai organisasi non-profit, dan pegawai rumah tangga.

Serangkaian data dalam beberapa hari terakhir menunjukkan narasi baru ihwal ketahanan pasar tenaga kerja. Kondisi ini berlangsung seiring kondisi upah/gaji dan tingkat penggangguran yang stagnan.

Data mencatat pengangguran di AS mencapai 3,8 persen, tak berubah dari periode sebelumnya, tetapi sedikit di atas ekspektasi. Sementara rata-rata upah per jam naik 0,2 persen secara bulanan (MoM).

Tanda-tanda penguatan di pasar tenaga kerja menjadi perhatian para pelaku pasar untuk mengukur langkah kebijakan bank sentral atau Federal Reserve.

Sejatinya, The Fed menginginkan agar ukuran suku bunga saat ini telah memberi dampak, antara lain berkurangnya permintaan tenaga kerja, yang secara teori dapat berkontribusi memperlambat kenaikan upah, sekaligus membantu meredakan inflasi.

Sayangnya, peningkatan angka NFP tampak masih menjadi 'mimpi buruk' bagi The Fed.

"Hal ini akan membuat The Fed pusing, dan masih banyak hal yang harus mereka pikirkan," kata Chief Investment Officer, Premier Miton Diversified Growth Funds, Neil Birrel, dilansir Reuters, Jumat (6/10/2023).

Akhir pekan ini mata investor akan tertuju pada data inflasi serta indeks harga produsen untuk periode September. Keduanya akan dirilis pada pekan depan.

Fokus pelaku pasar juga beralih terhadap musim laporan laba-rugi kuartal III-2023, yang bakal diawali oleh rilis bank-bank besar seperti JPMorgan Chase (NYSE:JPM), Wells Fargo, Citigroup (NYSE:C) dan manajer aset BlackRock (NYSE:BLK). (TSA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement