Sementara penerbitan MTN justru turun secara tahunan, dibandingkan September 2023 yang mencapai Rp1,7 triliun.
Adapun penerbitan efek utang lainnya (perpetual dan SBK) juga turun dari sebelumnya Rp0,8 triliun, kini menjadi Rp0,5 triliun.
Martin mengungkap tren pelonggaran kebijakan moneter dengan penurunan suku bunga oleh bank sentral dunia, termasuk Bank Indonesia (BI) dinilai masih menjadi katalis positif bagi market.
Dengan ekspektasi ini, maka premi risiko surat utang juga berpotensi menurun, sehingga mendukung leverage keuangan perusahaan.
Di sisi lain, pulihnya aktivitas sektor rill juga dinilai mendukung permintaan barang dan jasa tetap tinggi. “Pasar juga masih wait and see terkait kontestasi Pemilu yang telah berakhir,” ujarnya.