IDXChannel– Indeks Harga Saham Gabungan terkoreksi pada minggu lalu di tengah fluktuasi pasar. Pekan ini, tekanan dari eksternal dan data inflasi domestik menjadi perhatian utama investor.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG turun 0,52% dalam sepekan, berada di level 7.135,25.
Kabar baiknya, dalam sebulan IHSG masih menguat 2,56% dan sejak awal tahun (ytd) indeks acuan tersebut melesat 8,41%. Sepanjang 2022, IHSG menjadi yang terbaik di kawasan Asia-Pasifik.
Selain itu, investor asing juga masih membukukan pembelian bersih (net buy) Rp1,68 triliun di pasar reguler dalam sepekan. Dalam sebulan, asing memborong saham RI sebesar Rp13,62 triliun dan secara ytd mencapai Rp60,17 triliun.
Dari dalam negeri, pada Kamis (1/9), pelaku pasar akan menanti rilis data inflasi tahunan per Agustus 2022. Konsensus yang dihimpun Tradingeconomics menyebutkan, inflasi tahunan RI akan berada di 4,86-4,9% atawa lebih rendah tinimbang bulan lalu yang menyentuh rekor 4,94%.
Inflasi yang meninggi, di tengah lonjakan harga energi dan komoditas lainnya, bisa menjadi sentimen negatif untuk pasar saham dan ekonomi RI, apalagi kalau Bank Indonesia (BI) semakin agresif mengerek suku bunga acuan.
Berkaitan dengan inflasi yang meninggi, wacana pemerintah untuk menaikkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsisi masih terus menjadi kekhawatiran pasar.
Dari luar, investor merespons memerahnya 3 indeks di bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, yang terjun lebih dari 3% pada Jumat pekan lalu, seiring ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell mengatakan dalam pidato di konferensi Jackson Hole pihak bank akan terus bersikap ‘galak’ dalam memerangi inflasi yang meninggi.
Selain soal The Fed, pasar juga menanti rilis data inflasi di sejumlah negara, seperti Jerman (30 Agustus), Prancis, Uni Eropa, dan Italia (31 Agustus), dan data indeks PMI manufaktur China per Agustus (1 Septemb er).
Data inflasi Eropa dalam taraf tertentu akan menambah tekanan pada bank sentral Eropa (ECB) untuk menaikkan suku bunga secara agresif pada rapat September, dengan risiko resesi yang masih membayangi.
Tidak ketinggalan, pada Jumat (2/9), pelaku pasar juga akan menantikan rilis data ketenagakerjaan AS (non-farm payroll) dan tingkat pengangguran AS.
Mengutip Investing.com, ekonom mengharapkan ada tambahan sebanyak 285.000 pekerjaan (non-farm payroll) pada bulan Agustus.
Sementara, tingkat pengangguran diperkirakan akan tetap stabil di level terendah lima dekade di 3,5%.
Asal tahu saja, nonfarm Payrolls mengukur perubahan jumlah orang yang dipekerjakan selama bulan sebelumnya, kecuali di industri pertanian.
Data ketenagakerjaan yang kuat diharapkan akan menjadi pertimbangan The Fed untuk mengambil keputusan terkait suku bunga ke depan.
Pagi ini, IHSG sempat anjlok lebih dari 1% tertular memerahnya bursa saham global.
Per 09.29 WIB, IHSG ambles 0,91% ke 7.068,30.
Di kawasan Asia, indeks Nikkei 225 (Tokyo) terjun 2,74%, Hang Seng Index (Hong Kong) minus 0,94%, Shanghai Composite Index (Shanghai) turun 0,6%, dan Straits Times Index (Singapura) terjungkal di teritorial negatif (-1,05).
Pada Jumat pekan lalu, dari pasar AS, Dow Jones ambrol 3,03%, S&P 500 Index merosot tajam 3,37%, dan indeks sarat saham teknologi Nasdaq tergerus 3,94%. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.