Inflasi yang meninggi, di tengah lonjakan harga energi dan komoditas lainnya, bisa menjadi sentimen negatif untuk pasar saham dan ekonomi RI, apalagi kalau Bank Indonesia (BI) semakin agresif mengerek suku bunga acuan.
Berkaitan dengan inflasi yang meninggi, wacana pemerintah untuk menaikkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsisi masih terus menjadi kekhawatiran pasar.
Dari luar, investor merespons memerahnya 3 indeks di bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, yang terjun lebih dari 3% pada Jumat pekan lalu, seiring ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell mengatakan dalam pidato di konferensi Jackson Hole pihak bank akan terus bersikap ‘galak’ dalam memerangi inflasi yang meninggi.
Selain soal The Fed, pasar juga menanti rilis data inflasi di sejumlah negara, seperti Jerman (30 Agustus), Prancis, Uni Eropa, dan Italia (31 Agustus), dan data indeks PMI manufaktur China per Agustus (1 Septemb er).
Data inflasi Eropa dalam taraf tertentu akan menambah tekanan pada bank sentral Eropa (ECB) untuk menaikkan suku bunga secara agresif pada rapat September, dengan risiko resesi yang masih membayangi.