"Kolaborasi ini membuka pintu bagi ekspansi bisnis ke sektor terapi canggih yang selama ini masih terbatas implementasinya," kata Dewi.
Sementara itu, Direktur Keuangan PRDA Liana Kuswandi, menyebutkan keputusan akuisisi ini dilandasi oleh performa ProSTEM yang terbukti kuat dan kompetitif.
"Dengan basis pelanggan yang berkembang dan daya saing sektor teknologi yang tinggi, ProSTEM berpotensi memberikan kontribusi signifikan bagi nilai pemegang saham," kata Liana.
Disebutkan juga, akusisi ini akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan kinerja finansial PRDA dalam jangka menengah dan panjang.
Mulai 2026, kontribusi laba bersih dari investasi ini akan mencapai Rp2,3 miliar dan meningkat bertahap hingga Rp10,6 miliar pada 2030 mendatang.
Adapun dari nilai tambah aset dari transaksi ini dimulai sebesar Rp1,4 miliar pada 2025 dan diperkirakan tumbuh menjadi Rp30,6 miliar pada 2030. Ekuitas Prodia juga diproyeksikan meningkat sejalan dari Rp1,4 miliar menjadi Rp10,6 miliar.
Pada kesempatan yang sama, Direktur ProSTEM Chyntia Retna Sartika menjelaskan bahwa saat ini terapi sel punca terus dilakukan pengembangan.