Manfaatkan Momentum, Sektor Lain Peroleh Cuan di Masa Pandemi
Tak hanya sektor kesehatan, berbagai emiten di sektor lain juga memanfaatkan momentum pandemi Covid-19 guna memperoleh keuntungan. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex mencoba peruntungannya dengan memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) dan masker kain.
KINO atau PT Kino Indonesia Tbk juga mengembangkan produknya guna bertahan di tengah pandemi. Melalui Eskulin, emiten ini memproduksi hand sanitizer yang diformulasikan bagi anak-anak. Pengembangan produk ini digunakan perusahaan sebagai strategi untuk memanfaatkan peluang di masa pandemi.
Selain KINO, PT Akasha Wira International Tbk. (ADES) turut melebarkan sayap bisnis ke penjualan sanitizer dan disinfektan. Berdasarkan keterbukaan informasi, manajemen produsen Nestle Pure Life ini menyampaikan rencana transaksi material dan perubahan kegiatan usaha.
PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) yang merupakan produsen cetakan sarung tangan nitrile terbesar di dunia juga meraup untung di tengah pandemi. Adanya tren peningkatan permintaan sarung tangan dan gencarnya peningkatan kapasitas produksi berkontribusi dalam pertumbuhan volume penjualan emiten ini.
Jelang Endemi, Emiten Farmasi dan Alat Kesehatan Masih Tumbuh Positf
Melandainya kasus Covid-19 di tahun 2022 berkontribusi pada menurunnya kebutuhan produk kesehatan. Meski terjadi penurunan, tiga dari lima emiten farmasi dan alat kesehatan masih mampu mempertahankan peningkatan pertumbuhan pendapatannya pada Triwulan I-2022.
Adapun emiten yang mampu bertahan adalah SIDO (10,97 persen), KLBF (16,63 persen), serta IRRA (18,27 persen). IRRA memang mencatatkan pertumbuhan pendapatan tertinggi, akan tetapi dari segi jumlah perolehan pendapatan, KLBF lebih unggul.
Tercatat pendapatan yang diperoleh emiten ini pada Triwulan I-2022 yaitu Rp7,02 triliun. Sementara di periode yang sama tahun lalu, pendapatan KLBF sebesar Rp6,02 triliun. Sedangkan berdasarkan laporan keuangannya, sektor distribusi dan logistik menyumbang sebanyak Rp2,59 triliun terhadap pendapatan emiten ini pada Triwulan I-2022.
Di sisi lain, terdapat dua emiten lain yang mencatat pertumbuhan pendapatan negatif yakni KAEF (-1,73 persen) dan INAF (-9,16 persen). Pendapatan INAF pada mulanya sebesar Rp373,20 miliar di Triwulan I-2021, akan tetapi merosot hingga minus 9,16 persen menjadi Rp393,03 miliar di periode yang sama tahun ini. Adapun kerugian tersebut sebagian besar berasal dari beban pokok penjualan yang mencapai Rp309,08 miliar pada tahun 2022 atau melesat sebesar 55,95 persen secara tahunan (yoy).
Sementara, emiten lainnya terpantau masih membukukan labanya. Akan tetapi KAEF mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 66,64 persen menjadi Rp5,77 miliar. Sedangkan, sebanyak tiga emiten masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih positif yakni KLBF (16,53 persen), SIDO (9,66 persen), dan IRRA (2,02 persen). (ADF)
Periset: Melati Kristina
Sumber: Riset IDX Channel, Juni 2022