Namun, situasi saat ini berubah.
Pekan lalu, yen menguat lebih dari 3 persen terhadap dolar AS setelah BOJ—seperti dijelaskan di muka—menaikkan suku bunga menjadi 0,25 persen dan mengumumkan akan mengurangi pembelian obligasi.
Ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed juga berkontribusi terhadap melemahnya dolar.
Meskipun suku bunga di Jepang masih rendah, langkah BoJ dipandang sebagai sinyal bahwa mereka bergerak menuju normalisasi kebijakan moneter.
Pergerakan tajam yen tidak sering terjadi, itulah sebabnya yen menjadi mata uang pilihan untuk carry trade.
Yen harus tetap melemah jika carry trade ini ingin menghasilkan keuntungan.
Alhasil, ketika yen menguat terhadap dolar, investor bergegas mengambil tindakan atau melepas taruhan mereka pada yen sebagai bagian dari carry trade untuk menghindari kerugian.
Sorotan ke PMI RI
Balik ke analisis BRI Danareksa.
Analis BRI Danareksa mengamati, ekonomi domestik Indonesia juga menunjukkan tanda-tanda moderasi.
Indeks PMI turun di bawah 50, menunjukkan kontraksi aktivitas manufaktur akibat permintaan yang lebih rendah.
Tingkat pengangguran juga meningkat, seiring perusahaan mengurangi jumlah karyawan pada tingkat tertinggi dalam hampir tiga tahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tren deflasi bulanan yang berlanjut dan inflasi inti yang stagnan, menunjukkan melemahnya tekanan harga.
BRI Danareksa berpendapat, ada potensi pemotongan suku bunga secara taktikal pada akhir tahun untuk merangsang pertumbuhan dan mengatasi tekanan deflasi. (Aldo Fernando)