IDXChannel - Harga minyak naik tajam di pasar Asia pada perdagangan Rabu (18/10/2023) setelah ledakan mematikan di sebuah rumah sakit di Gaza.
Minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) melonjak 2,15 persen di level USD88,5 per barel, sementara minyak berjangka Brent melonjak 1,73 persen menjadi USD91,5 per barel pada pukul 09.46 WIB berdasarkan data Trading Economics. (Lihat grafik di bawah ini.)
Kenaikan harga minyak telah menembus 6,23 persen untuk WTI dan 6,68 persen untuk Brent secara mingguan. Secara tahunan, harga minyak WTI sudah naik 6,32 persen dan naik 1,09 persen untuk Brent.
Upaya Diplomatik AS
Hancurnya fasilitas rumah sakit di Gaza tampaknya akan menghalangi upaya diplomatik Amerika Serikat (AS) dalam perang Israel-Hamas.
Gedung Putih mengatakan Presiden AS Joe Biden tidak akan mengunjungi Yordania sebagai bagian dari kunjungannya ke Israel, setelah Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan bahwa pertemuan puncak yang direncanakan antara para pemimpin AS, Mesir, dan Palestina tidak akan terlaksana.
Kunjungan tersebut dipandang sebagai upaya untuk mempertahankan dukungan terhadap Israel sekaligus menenangkan negara-negara Arab dan mencegah eskalasi konflik yang lebih besar.
Tindakan ini dilakukan hanya beberapa jam setelah ledakan di sebuah rumah sakit yang ramai di Kota Gaza dilaporkan menewaskan ratusan warga Palestina, yang diduga dilakukan oleh pasukan Israel dan Hamas.
Ledakan tersebut memicu kemarahan komunitas internasional dan menghilangkan harapan akan segera meredakan ketegangan di Timur Tengah.
Hal ini pada gilirannya memicu kekhawatiran baru bahwa konflik Israel-Hamas dapat mengganggu pasokan minyak mentah di kawasan Timur Tengah.
Kekhawatiran lainnya adalah akan meningkatnya perang Israel-Hamas, khususnya jika negara-negara Timur Tengah lainnya yang ikut terlibat. Kondisi ini yang telah mendorong harga minyak selama seminggu terakhir menguat dan membantu mereka menghindari dampak buruk dari penguatan dolar dan ketakutan akan kenaikan suku bunga.
Sementara data industri menunjukkan bahwa persediaan minyak AS menyusut lebih dari yang diperkirakan pada minggu lalu.
Data produk domestik bruto (PDB) China kuartal ketiga yang lebih kuat dari perkiraan juga memberikan dukungan kepada pasar minyak pada hari ini. Pasar menduga, serangkaian langkah stimulus moneter dari Beijing tampaknya membuahkan hasil.
Ketatnya pasokan minyak didukung oleh data dari American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan pada Selasa (17/10) bahwa persediaan minyak AS telah menyusut 4,4 juta barel dalam sepekan hingga 13 Oktober. Angka ini juga lebih besar dari ekspektasi penurunan 1,3 juta barel.
Sebelumnya, terjadi peningkatan besar pasokan pada minggu sebelumnya, dan mendorong produksi AS mencapai puncak baru. Namun data API menunjukkan bahwa ekspor AS kembali meningkat, sementara konsumsi bensin dan minyak sulingan tetap stabil.
Data penjualan ritel dan produksi industri yang kuat juga menunjukkan kekuatan perekonomian AS. Kondisi ini kemungkinan mengindikasikan bahwa permintaan bahan bakar akan tetap kuat di tengah pengetatan pasokan. Fokus sekarang tertuju pada data inventaris resmi yang akan dirilis pada hari Rabu nanti.
Ekspektasi akan berkurangnya pasokan minyak global, menyusul pengurangan produksi besar-besaran yang dilakukan oleh Arab Saudi dan Rusia, menopang harga minyak pada awal tahun ini.
Arab Saudi dan Rusia juga diperkirakan akan tetap mempertahankan dukungan terhadap minyak mentah dalam beberapa bulan mendatang, meskipun terdapat tantangan ekonomi semakin meningkat.
Isyarat lebih lanjut mengenai perekonomian AS akan dirilis minggu ini, terutama pidato Ketua The Federal Reserve Jerome Powell pada Kamis mendatang. (ADF)