sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Saham Adaro Energy (ADRO) Naik Lagi, Optimisme Investor Kembali

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
04/11/2024 11:33 WIB
Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menguat pada perdagangan Senin (4/11/2024), melanjutkan kenaikan tajam pada Jumat (1/11) pekan lalu.
Saham Adaro Energy (ADRO) Naik Lagi, Optimisme Investor Kembali. (Foto: Adaro)
Saham Adaro Energy (ADRO) Naik Lagi, Optimisme Investor Kembali. (Foto: Adaro)

IDXChannel – Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menguat pada perdagangan Senin (4/11/2024), melanjutkan kenaikan tajam pada Jumat (1/11) pekan lalu. Investor menantikan pembagian dividen jumbo dan melantainya PT Adaro Andalan Indonesia (AAI).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 11.11 WIB, saham ADRO meningkat 1,85 persen ke Rp3.860 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp190,3 miliar dan volume 49,22 juta saham.

Pada Jumat (1/11) lalu, saham ADRO ditutup mendaki 4,70 persen, mencoba membalik arah dari tren bearish sejak medio Oktober lalu.

Gelar RUPS, Bagi Dividen Besar

ADRO menjadwalkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada pertengahan November ini. Salah satu agendanya untuk meminta restu atas rencana pembagian tambahan dividen final alias dividen spesial.

RUPSLB ADRO tersebut akan digelar pada Senin, 18 November 2024 di Cyber 2 Tower Lantai 26, Jakarta. Rapat tersebut diselenggarakan secara fisik dan elektronik alias hybrid.

"Dikarenakan adanya keterbatasan kapasitas ruangan, perseroan hanya dapat mengakomodasi sebanyak-banyaknya 50 pemegang saham," kata Corporate Secretary Adaro Energy, Mahardika Putranto lewat suratnya kepada BEI dikutip Sabtu (26/10/2024).

Sebagai informasi, dividen spesial tersebut akan diberikan kepada pemegang saham ADRO sebagai dampak dari keputusan perseroan melakukan pemisahan (spin off) PT Adaro Andalan Indonesia. 

Dalam rencana itu, sebagian sisa saldo laba tersebut akan dibagikan. Hingga 30 Juni 2024, sisa saldo laba ditahan perseroan yang tak dibatasi penggunaannya mencapai Rp90,7 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 81 persen dari kapitalisasi pasar ADRO sebesar Rp112 triliun.

Selain membagikan dividen spesial, RUPSLB juga mengagendakan perubahan nama ADRO yang saat ini bernama PT Adaro Energy Indonesia Tbk. Namun, belum diketahui nama baru yang akan disandang Adaro.

Sebelumnya, pemegang saham ADRO merestui spin off AAI dari ADRO. Selama ini, AAI yang bergerak di bidang batu bara termal menjadi penopang utama dari bisnis ADRO.

Presiden Direktur & CEO Adaro Energy, Garibaldi Thohir mengatakan, pemisahan AAI dari induknya, ADRO dilakukan karena manajemen yakin hal ini merupakan langkah efektif untuk memaksimalkan kinerja AAI yang fokus pada bisnis batu bara termal dan ADRO yang ke depan fokus pada energi berkelanjutan.

"Karena (spin off) dapat memungkinkan masing-masing perusahaan untuk berfokus pada pengembangan kekuatan inti serta terus memanfaatkan sumber daya dan potensinya," katanya, Sabtu (19/10/2024).

IPO AAI

ADRO juga mengungkapkan rencana menjual 7 miliar saham perseroan pada AAI.

Penjualan saham entitas bisnis batu bara termal melalui pelaksanaan Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham (PUPS).

Seperti disinggung di muka, AAI merupakan perusahaan yang 99,99 persen sahamnya dimiliki secara langsung oleh ADRO.

"PUPS akan dilaksanakan secara bersamaan atau berkesinambungan dengan proses penawaran umum perdana saham (IPO) AAI," kata manajemen dalam keterbukaan informasi BEI, Kamis (17/10/2024). 

Nantinya, setelah IPO AAI tersebut, kepemilikan saham ADRO pada AAI diperkirakan terdilusi menjadi sebesar 90 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor AAI.

Manajemen mengungkapkan, harga penawaran PUPS adalah sebesar Volume Weighted Average Price (Harga Rata-Rata Tertimbang) yang terbentuk setelah penutupan perdagangan di hari pencatatan saham AAI di Bursa.

Serendah-rendahnya akan menggunakan harga pasar wajar saham AAI berdasarkan hasil penilaian dari Penilai Independen; dan setinggi-tingginya sebesar 107,5 persen dari hasil penilaian dari Penilai Independen.

"Sehingga nilai rencana transaksi penjualan secara keseluruhan serendah-rendahnya adalah sebesar USD2,44 miliar atau setara dengan 31,8 persen dari total ekuitas perseroan dan setinggi-tingginya adalah sebesar USD2,62 miliar yang setara dengan 34,1 persen dari total ekuitas perseroan," tutur manajemen. 

Manajemen mengaku, perseroan akan mengajukan Pernyataan Pendaftaran PUPS dan AAI akan menyodorkan Pernyataan Pendaftaran Penawaran Umum Perdana Saham untuk meraih pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Mekanisme Rencana Penjualan Saham AAI

Perseroan akan memberikan kesempatan kepada pemegang saham perseroan untuk berpartisipasi dalam rencana ini sebagai pembeli, yang dilaksanakan secara bersamaan atau berkesinambungan dengan proses penawaran umum AAI.

ADRO akan menawarkan 7 miliar saham AAI kepada seluruh pemegang saham perseroan yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) perseroan pada 27 November 2024, atau tanggal lainnya yang akan diumumkan pada Prospektus PUPS (tanggal pencatatan).

Perseroan akan menetapkan rasio yang berlaku untuk pemesanan saham AAI sesuai dengan kepemilikan saham para pemegang saham perseroan pada tanggal pencatatan.

Rasio pemesanan akan diberikan secara proporsional hanya kepada seluruh pemegang saham perseroan. Tidak ada pemegang saham yang mendapatkan hak tertentu.

Spin-Off yang Gegerkan Pasar

Sebelumnya, ADRO membuat investornya terhenyak usai mengumumkan aksi spin-off (pemisahan) unit bisnis batu bara termal mereka, AAI, pada Kamis (12/9/2024).

Harga saham ADRO langsung melonjak 13 persen sesaat kabar tersebut muncul di keterbukaan informasi, sebelum ditutup naik 9,38 persen ke level Rp3.720 per saham di akhir perdagangan 12 September lalu.

Diketahui, ADRO menguasai 99,99 persen saham AAI.

Saat ini melalui AAI, ADRO memiliki sejumlah korporasi tambang batu bara termal yakni PT Adaro Indonesia, PT Paramitha Cipta Sarana PT Semesta Centramas, PT Laskar Semesta Alam, dan PT Mustika Indah Permai, yang memproduksi batu bara termal berkalori menengah dengan kadar polutan rendah.

Melalui AAI, ADRO juga memiliki saham-saham pada dua perusahaan pertambangan batu bara termal yang saat ini sedang dikembangkan, yaitu PT Pari Coal dan PT Ratah Coal.

Langkah spin-off ini dinilai dapat membantu AAI dan pilar non-batu bara termal untuk mengakselerasi bisnis hijau ADRO, terkhusus untuk mendapatkan akses pembiayaan, dan biaya pendanaan yang lebih kompetitif terhadap proyek yang lebih kompetitif.

"Perseroan berencana untuk memisahkan bisnis pilar pertambangan dan juga beberapa bisnis pendukung di bawah AAI dengan pilar bisnis Adaro Minerals dan Adaro Green," kata manajemen dalam prospektus, Kamis (12/9/2024).

Secara detail, ADRO bakal melepas 99,99 persen saham AAI, dengan rentang harga terendah USD2,45 miliar dan maksimal USD2,63 miliar. Harga penawaran menggunakan volume weighted average price atau harga rata-rata tertimbang AAI.

Dalam prospektus, ADRO berniat untuk melakukan ekspansi dan diversifikasi bisnis terhadap pilar non-pertambangan batu bara. Hal ini, kata manajemen, akan menciptakan portofolio bisnis yang seimbang, dan perlindungan lebih baik bagi perseroan di seluruh fase siklus bisnis.

"Perseroan juga berkomitmen untuk memiliki sekitar 50 persen total pendapatan dari bisnis non-batu bara termal pada tahun 2030. Target ini akan dicapai dengan mengembangkan bisnis di bidang-bidang yang mendukung ekosistem hijau Indonesia," ujar manajemen.

Prospek Pasca Spin-Off

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan dalam catatannya, pada Kamis (12/9), menulis, dengan nilai transaksi spin-off yang diperkirakan mencapai USD2,45 miliar hingga 2,63 miliar tersebut, AAI dihargai pada 1,3-1,4 kali price-to earnings (P/E tahunan 1H24 (paruh pertama 2024), yang lebih rendah dibandingkan rata-rata valuasi perusahaan sejenis yang berada di kisaran 4-6 kali.

Mirae yakin, harga penawaran AAI akan dipandang cukup menarik oleh pasar, terutama ketika dikombinasikan dengan pandangan positif pasar terhadap bisnis batu bara ADRO yang memiliki pangsa pasar yang solid, kehadiran ekspor yang kuat, dan manajemen biaya yang efisien.

Rizkia menulis, pihak Mirae melihat respons positif pasar pada Kamis terutama didorong oleh ekspektasi dividen tunai yang jauh lebih tinggi dari ADRO, yang berpotensi ditingkatkan oleh dividen khusus yang dihasilkan dari transaksi spin-off ini.

Dividen Tambahan dan Revisi Valuasi

Jika dividen khusus ini terwujud, ini akan memberikan dukungan tambahan bagi investor yang mempertimbangkan partisipasi dalam penawaran saham AAI.

Meskipun perkiraan awal Mirae, yang tidak memperhitungkan dividen khusus, menunjukkan dividen tunai sebesar Rp305-380 per saham untuk 2024, dividen aktual bisa melebihi angka tersebut jika dividen khusus terealisasi.

Perlu dicatat, kata Mirae, ADRO mungkin membutuhkan dana untuk mendukung proyek energi hijau mereka, termasuk proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Mentarang Induk berkapasitas 1.375 MW di Kaltara yang diharapkan mulai beroperasi pada 2030, serta pengembangan industrialisasi rantai pasok panel surya di Indonesia, termasuk solar PV dan BESS.

Menurut keterbukaan informasi terbaru, kontribusi AAI terhadap keuangan konsolidasi ADRO adalah sekitar 89 persen dari pendapatan dan 105 persen dari laba bersih.

“Oleh karena itu, ke depan, mengingat kontribusi signifikan AAI terhadap ADRO, tergantung pada pembaruan selanjutnya mengenai transaksi ini dan berapa banyak saham AAI yang akan dipertahankan ADRO, kami melihat potensi bagi investor untuk mengevaluasi ulang harga saham ADRO dalam waktu dekat,” tulis analis Mirae.

Secara fundamental, Mirae yakin investor mungkin mulai melihat ADRO sebagai perusahaan energi terbarukan, yang dapat memberikan penilaian valuasi lebih tinggi meskipun ada spin-off dari sumber utama pendapatan dan laba bersihnya.

Sebaliknya, ADRO juga dapat lebih dilihat sebagai perusahaan holding/investasi, yang dapat mendorong revisi P/E implisitnya menjadi lebih rendah tinimbang saat ini yang sekitar 4,9 kali.

“Terlepas dari itu, kami melihat potensi penurunan harga saham ADRO dalam jangka pendek, yang mungkin akan terjadi setelah pengumuman dividen berikutnya,” kata analis Mirae.

Pandangan lainnya datang dari Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani, yang menjelaskan, pada Kamis (12/9), usai transaksi spin-off, ADRO berpotensi melepas seluruh kepemilikannya pada segmen bisnis batu bara termal dan akan berfokus pada segmen batu bara metalurgi di bawah Adaro Minerals (ADMR) dan segmen energi terbarukan dibawah Adaro Green.

Seiring dengan itu, bisnis batu bara termal akan berada pada AAI.

Dengan cash yang dimiliki ADRO pasca spin–off AAI, kata Hendriko, ADRO berpeluang menebar dividen kepada pemegang sahamnya ataupun melakukan ekspansi dengan masif, baik secara organik maupun inorganik.

Rating ESG dan Peningkatan Kinerja

Sementara, Sinarmas Sekuritas dalam artikel pada Kamis (12/9), menulis, jika pilar bisnis batu bara termal dispin-off maka penilaian ESG rating Adaro ke depannya akan semakin baik, sehingga bisa memperoleh pendanaan lebih murah.

Kemudian, kata Sinarmas Sekuritas, aksi spin-off juga memberikan keuntungan bagi pilar bisnis ekosistem hijau Adaro.

“Pilar Bisnis ekosistem hijau bisa mendapatkan akses lebih banyak terhadap sumber pembiayaan yang lebih kompetitif, memberikan akses proyek ramah lingkungan dengan partner bisnis potensial,” kata analis Sinarmas Sekuritas.

Pemisahan pilar bisnis juga bisa menguntungkan unit bisnis batu bara termal ADRO, yakni memungkinkan AAI untuk dapat lebih memaksimalkan kinerjanya.

Terakhir, Sinarmas juga mencatat keuntungan bagi investor.

“Investor memiliki opsi investasi yang lebih banyak untuk berinvestasi sesuai selera apakah ingin berinvestasi di bisnis batu bara ataupun bisnis hijau dari Adaro,” demikian tulis analis Sinarmas. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement