IDXChannel – Saham-saham emiten tambang emas melemah pada Senin (17/11/2025), terseret ketiadaan katalis baru dari pasar global. Sementara, harga emas acuan hanya bergerak tipis di tengah penantian investor terhadap data ekonomi Amerika Serikat (AS).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.46 WIB, saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) merosot hampir 4 persen, tepatnya 3,95 persen ke Rp1.215 per unit. Saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) tergerus 3,48 persen.
Kemudian, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) berkurang 2,49 persen, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) terdepresiasi 2,56 persen, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 1,97 persen.
Tidak hanya itu, saham BRMS melemah 1,03 persen, AMMN 1,14 persen, dan EMAS 1,01 persen.
Harga emas spot bergerak sedikit menguat pada Senin (17/11), seiring investor menanti rangkaian data ekonomi AS pekan ini yang dapat memberi gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
Harga emas spot (XAU/SD) tercatat naik 0,1 persen ke posisi USD4.083,92 per troy ons pada pukul 09.56 WIB.
“Tekanan jual terhadap emas pada Jumat lalu kemungkinan berlebihan, sehingga hari ini terlihat ada rebound pada pergerakan harga,” ujar Kepala Analis Pasar KCM Trade, Tim Waterer, dikutip Reuters.
Menurut dia, penurunan ekspektasi pasar terkait pemangkasan suku bunga The Fed bulan depan turut menahan penguatan emas dari sisi imbal hasil.
“Meski penutupan sementara pemerintahan sudah berakhir, tidak ada jaminan bahwa pasar—atau The Fed—akan mendapat gambaran penuh mengenai kondisi ekonomi,” katanya.
Pelaku pasar kini menantikan rilis data ekonomi AS pekan ini, termasuk laporan nonfarm payrolls (NFP) September pada Kamis, untuk menilai kesehatan ekonomi terbesar dunia tersebut.
Biro Analisis Ekonomi di Departemen Perdagangan AS pada Jumat menyatakan sedang memperbarui jadwal rilis data ekonomi yang terdampak oleh penutupan sementara pemerintahan.
Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang 46 persen untuk pemangkasan suku bunga The Fed sebesar seperempat poin bulan depan, turun dari 50 persen pada pekan lalu.
Di tengah kekhawatiran inflasi dan tanda-tanda stabilitas pasar tenaga kerja setelah dua kali penurunan suku bunga tahun ini, semakin banyak pejabat The Fed menyuarakan kehati-hatian untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan.
Emas yang tidak memberikan imbal hasil umumnya berkinerja baik di lingkungan suku bunga rendah dan pada masa ketidakpastian ekonomi.
Sementara itu, indeks dolar tetap menguat terhadap sejumlah mata uang utama, membuat emas kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
SPDR Gold Trust, ETF emas terbesar di dunia, melaporkan kepemilikannya turun 0,47 persen menjadi 1.044,00 ton pada Jumat, dari 1.048,93 ton pada Kamis. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.