Koreksi tajam ini terjadi tak lama setelah perseroan merilis laporan keuangan kuartal I-2025. Respons negatif pasar terhadap laporan keuangan SMIL diduga dipicu oleh beberapa faktor, termasuk aksi ambil untung (profit taking) dan terkait pertumbuhan laba dan pendapatan yang minim. Kenaikan laba bersih dan pendapatan yang sangat tipis menunjukkan keterbatasan akselerasi pertumbuhan.
SMIL membukukan laba sebesar Rp27,09 miliar di kuartal I-2025. Angka itu naik 0,74 persen dari periode yang sama 2024 yang senilai Rp26,90 miliar.
Sejalan dengan itu, dalam tiga bulan pertama tahun ini perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp100,44 miliar atau naik 3,03 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp97,49 miliar.
Secara kontribusi sebagai penyedia forklift, SMIL mampu membukukan pendapatan dari sewa alat beratnya untuk kuartal I-2025 sebesar Rp24,92 miliar dari PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP). Kemudian, sebesar Rp4,48 miliar dari PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills, dan sebesar Rp3,76 miliar dari PT Kaldu Sari Nabati Indonesia.
Selanjutnya sebesar Rp6,60 miliar dari PT Oki Pulp & Paper Mills, sebesar Rp3,47 miliar dari PT KCC Glass Indonesia, senilai Rp2,87 miliar dari PT LG Electronics Indonesia, sebesar Rp2,41 miliar dari PT Indolakto, sebesar Rp2,03 miliar dari PT Cipta Mortar Utama dan sisanya di bawah Rp2 miliar sebesar Rp49,87 miliar.