sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sambut Pengumuman Data Inflasi AS, Harga Emas Dunia Menguat

Market news editor Taufan Sukma/IDX Channel
10/08/2022 07:03 WIB
Tren penguatan ditopang oleh pelemahan dolar AS seiring bakal diumumkannya laporan data inflasi penting AS.
Sambut Pengumuman Data Inflasi AS, Harga Emas Dunia Menguat (foto: MNC Media)
Sambut Pengumuman Data Inflasi AS, Harga Emas Dunia Menguat (foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga emas dunia pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi, 10/8/2022), kembali meneruskan tren penguatannya di atas level psikologis US$1.800 per troy ounce dalam dua hari terakhir. Tren penguatan ditopang oleh pelemahan dolar AS seiring bakal diumumkannya laporan data inflasi penting AS.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange menguat US$7,1 per troy ounce (0,39 persen) menuju US$1.812,3 per troy ounce. Posisi ini sekaligus menjadi level penyelesaian tertinggi untuk emas sejak 29 Juni 2022 lalu.

Sementara itu, emas berjangka surplus US$14 per troy ounce (0,78 persen) menjadi US$1.805,2 pada Senin (8/8/2022). Pada pekan sebelumnya, harga emas berjangka sempat jatuh US$15,7 (0,87 persen) menuju US$1.791,2 pada Jumat (5/8/2022), setelah pada Kamis (4/8/2022) melonjak US$30,5 (1,72 persen) menjadi US$1.806,9 per troy ounce.

Tren positif menghinggapi komoditas emas lantaran menurut para analis inflasi Juli diperkirakan bakal melemah, sehingga kenaikan suku bunga The Fed diyakini bakal tidak akan seagresif perkiraan sebelumnya. Kondisi ini menjadi tekanan terhadap nilai tukar dolar AS. Terakhir, indeks dolar yang notabene merupakan pengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia, mengalami penurunan tipis sebesar 0,06 persen di level 106,3750.

"Harga emas menguat menjelang laporan inflasi penting yang dapat memiringkan skala ekspektasi kenaikan suku bunga Fed," ujar salah satu analis, Ed Moya, di platform perdagangan daring OANDA.

Menurut Moya, emas terdongkrak dari aliran safe-haven lantaran saham dan dolar AS secara kompak melemah.

"Jika inflasi mereda sedikit lebih dari yang diperkirakan, maka emas dapat bergerak menuju wilayah US$1.850. Risiko geopolitik tetap tinggi, sehingga itu bisa menopang emas untuk tetap di atas US$1.800 hingga akhir tahun," tutur Moya.

Selain itu, penguatan emas juga didukung oleh Laporan Departemen Tenaga Kerja AS pada Selasa (9/8/2022) bahwa produktivitas pekerja nonpertanian AS turun 4,6 persen setiap tahun pada triwulan dua. Tren minor ini merupakan tren penurunan paling tajam secara tahunan sejak 1948 silam. (TSA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement