sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sektor Bank Menuju Fase Pemulihan, Dua Saham Ini Jadi Pilihan Analis

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
16/12/2025 07:17 WIB
Sektor perbankan Indonesia dinilai berpeluang memasuki fase perbaikan kinerja pada 2026, setelah menghadapi awal tahun yang relatif lambat pada awal 2025.
Sektor Bank Menuju Fase Pemulihan, Dua Saham Ini Jadi Pilihan Analis. (Foto: Freepik)
Sektor Bank Menuju Fase Pemulihan, Dua Saham Ini Jadi Pilihan Analis. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Sektor perbankan Indonesia dinilai berpeluang memasuki fase perbaikan kinerja pada 2026, setelah menghadapi awal tahun yang relatif lambat pada paruh pertama 2025.

Dalam riset CGS International Sekuritas Indonesia (CGSI) yang terbit 9 Desember 2025, CGSI memperkirakan pertumbuhan kredit mulai menguat pada kuartal IV-2025 dan berlanjut ke 2026, seiring percepatan belanja fiskal pemerintah serta semakin jelasnya arah kebijakan baru.

Loan multiplier sistem perbankan diproyeksikan pulih ke rata-rata historis 20 tahun, dengan pertumbuhan kredit bank-bank besar mencapai sekitar 9 persen pada 2026, lebih tinggi dibandingkan 7-8 persen pada 2025.

CGSI mencatat kredit wholesale tetap menjadi motor utama pertumbuhan. Hasil channel checks menunjukkan peningkatan fasilitas kredit dalam beberapa bulan terakhir, dengan pipeline yang kuat di sektor kesehatan, mineral, telekomunikasi, serta transportasi dan logistik.

Sebaliknya, CGSI masih bersikap hati-hati terhadap segmen kredit mikro dan konsumer, seiring pemulihan daya beli yang dinilai masih bertahap.

Dari sisi pendanaan, tambahan likuiditas dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ke bank-bank BUMN pada September 2025 mulai menurunkan biaya dana.

Bank BUMN secara bertahap melepas deposito spesial berbunga tinggi, yang sebelumnya menyumbang porsi signifikan terhadap dana pihak ketiga.

Ditambah dengan tren penurunan suku bunga acuan, CGSI menilai biaya pendanaan berpotensi membaik pada 2026.

Meski kredit berbunga mengambang akan terdampak penurunan suku bunga, efeknya dinilai moderat, sehingga margin bunga bersih (NIM) diperkirakan relatif stagnan secara tahunan pada 2026.

CGSI juga menyoroti turunnya kepemilikan asing di saham bank-bank besar hingga mendekati level awal pandemi Covid-19.

Arus keluar dana asing ini dipicu faktor makro dan revisi turun proyeksi laba. Namun, dengan ekspektasi kinerja 2025 yang sudah rendah, percepatan fiskal dan kejelasan program prioritas pemerintah dinilai berpotensi memulihkan sentimen.

“Selain itu, pentingnya foreign flows semakin meningkat karena berdasarkan data internal CGSI level kas local funds per Oktober 2025 berada pada 4 persen, level terendah sejak Januari 2023,” kata analis CGSI.

CGSI memperkirakan pertumbuhan laba per saham (EPS) sektor perbankan mencapai 9 persen pada 2026, berbalik dari kontraksi 4 persen pada 2025.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, CGSI mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor perbankan.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi pilihan utama (top pick), didukung fokus pada segmen wholesale serta potensi manfaat terbesar dari masuknya kembali dana asing (foreign fund inflow).

Katalis positif yang dipantau antara lain permintaan kredit yang lebih tinggi dari perkiraan dan kualitas aset yang tetap terjaga.

Sementara, risiko utama berasal dari potensi tekanan NIM yang lebih besar serta pemulihan ekonomi yang berjalan lebih lambat dari ekspektasi. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement