IDXChannel – Saham emiten blue chip hingga perbankan big four diproyeksi dapat menawarkan potensi kenaikan jangka pendek seiring telah mengalami oversold atau jenuh jual.
Melansir riset dari Samuel Sekuritas Indonesia bertajuk “Market Update: A Silver Lining in 2H23” yang dirilis pada Jumat (20/1), saham dari blue chip termasuk bank kakap yang telah oversold dalam beberapa pekan belakangan dapat memberikan potensi kenaikan jangka pendek.
Asal tahu saja, oversold merupakan periode dimana terjadi tren penurunan yang signifikan dan konsisten pada suatu saham.
Sementara, Samuel Sekuritas menyebutkan, adanya potensi tersebut ditopang oleh sejumlah katalis, salah satunya adalah laporan keuangan emiten tahunan 2022 pada akhir Januari ini.
Menurut proyeksi Bloomberg, terdapat tiga emiten yang bakal merilis laporan keuangannya di akhir Januari, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Rinciannya, BBNI bakal merilis laporan keuangannya pada Kamis (26/1), sedangkan BBCA dan BMRI akan merilis laporan keuangannya pada Jumat (27/1).
“Sementara, peristiwa lainnya yang mungkin memberikan katalis jangka pendek bagi emiten blue chip adalah adanya rebalancing (pengocokan ulang) indeks LQ45 untuk periode Februari-Juli 2023,” tulis riset tersebut.
Selain menyebutkan saham-saham big cap perbankan, Samuel Sekuritas turut melaporkan sejumlah emiten blue chip yang berpotensi memberikan keuntungan jangka pendek dalam tiga bulan mendatang.
Adapun, emiten tersebut adalah PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Kinerja Saham Emiten
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada lanjutan sesi II, Selasa (24/1), sejumlah bank big cap mengalami rebound dalam sepekan terakhir kendati kinerja sahamnya sepanjang 2023 masih memerah.
BEI mencatat, kinerja saham BMRI dalam sepekan mengungguli saham emiten bank big four lainnya, yakni melesat 6,18 persen. Sementara kinerjanya secara year to date (YTD) berada di minus 0,50 persen.
Menyusul BMRI, saham BBNI juga menguat 3,70 persen dalam seminggu terakhir kendati kinerjanya secara YTD masih minus 1,36 persen.
Selanjutnya, saham BBCA dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masing-masing naik 1,53 persen dan 2,43 persen dalam sepekan.
Adapun, kinerja saham BBRI sepanjang 2023 menjadi yang paling ambles, yakni berada di minus 6,28 persen. Sementara saham BBCA juga masih memerah di minus 3,22 persen secara YTD. (Lihat tabel di bawah ini.)
Melesatnya saham big cap perbankan dalam sepekan terakhir ini didukung oleh potensi bertumbuhnya penyaluran kredit baru.
Menurut riset Indopremier bertajuk “Morning Update” yang dirilis pada Rabu (24/1), hingga kuartal IV-2022, penyaluran kredit Tanah Air tumbuh positif terindikasi dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) dari kredit baru sebesar 86,3 persen.
Sementara untuk triwulan I-2023, Indopremier memperkirakan, penyaluran kredit baru bakal bertumbuh lebih tinggi dengan SBT yang bakal menguat ke level 88,3 persen.
“Hingga Desember 2022, kredit perbankan tumbuh 11,35 persen secara year on year (yoy). Sedangkan pada 2023, kredit akan berada di kisaran 10-12 persen yoy,” tulis Indopremier.
Selain emiten perbankan, terdapat emiten blue chip lainnya yang mencatatkan kinerja saham yang melesat sepanjang sepekan maupun YTD.
Melansir data BEI, saham MEDC melesat 20,09 persen dalam sepekan terakhir. Sedangkan, kinerja sahamnya secara YTD melambung hingga 35,47 persen.
Sementara emiten farmasi KLBF justru mencatatkan saham yang masih terkontraksi dalam sepekan terakhir dan YTD.
Adapun, kinerja saham KLBF dalam seminggu belakangan merosot di minus 0,97 persen. Sementara secara YTD, saham emiten ini juga terkontraksi hingga 2,39 persen.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.