sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sudah Habiskan Rp34,523 Triliun untuk Buyback, Tencent Gagal Dongkrak Harga Saham

Market news editor Tim IDXChannel
21/09/2022 18:21 WIB
perusahaan teknologi multinasional asal China tersebut telah menghabiskan sedikitnya USD1 miliar untuk pembelian saham perusahaan dalam sebulan terakhir.
Sudah Habiskan Rp34,523 Triliun untuk Buyback, Tencent Gagal Dongkrak Harga Saham (foto: MNC Media)
Sudah Habiskan Rp34,523 Triliun untuk Buyback, Tencent Gagal Dongkrak Harga Saham (foto: MNC Media)

IDXChannel - Langkah Tencent Holdings Ltd untuk mendongkrak harga saham dengan menggelar aksi pembelian kembali (buyback) sahamnya dari publik rupanya tak berjalan sesuai harapan.

Padahal, perusahaan teknologi multinasional asal China tersebut telah menghabiskan sedikitnya USD1 miliar untuk pembelian saham perusahaan dalam sebulan terakhir. Dengan begitu, total dana yang telah digelontorkan untuk aksi buyback saham di sepanjang tahun ini telah mencapai USD2,3 miliar, atau sekitar Rp34,523 triliun.

Sebagaimana dilansir Bloomberg, harga saham Tencent telah melemah signifikan, hingga mendekati level terendah sejak 2018 lalu. Karenanya, dengan aksi buyback saham, pihak Tencent berharap dapat mengerek posisi harga sahamnya ke level yang lebih baik.

Aksi ini cukup terbantu dengan kebijakan pemegang saham dominan perusahaan, Prosus NV, yang sejak Juni 2022 lalu telah menyatakan bakal melepas kepemilikan sahamnya secara bertahap. Sayang, keseluruhan aksi korporasi ini terbukti tak mampu mendongkrak harga saham perusahaan di pasar saham.

Seperti halnya posisi harga rata-rata harian saham Tencent di bulan ini, yang justru masih terhitung turun lebih dari 60 persen dari posisi tertingginya di Januari 2021 lalu, atau minus hingga USD580 miliar, sekaligus menjadi nilai kerugian saham terbesar di dunia dalam periode tersebut.

Perlambatan China yang semakin dalam, ketidakpastian peraturan, dan keyakinan bahwa tren pertumbuhan pendapatan di industri teknologi telah berakhir, dianggap menjadi formulasi lengkap yang menjadi sentimen negatif bagi gerak saham Tencent.

“Tencent berada di bawah tekanan dari penjualan saham oleh pemegang saham utama. Buyback cukup membantu, tapi tidak memberikan dukungan yang cukup. Ini masih membutuhkan beberapa dukungan kebijakan dari pemerintah untuk perubahan haluan,” ujar Kepala Penelitian di CEB International Investment Corp, Banny Lam, dalam laporan tersebut.

Tencent melaporkan penurunan pendapatan pertama kalinya pada triwulan II-2022, karena perusahaan tengah bergulat dengan penurunan ekonomi yang merugikan bisnis utamanya. Bahkan ketika tindakan keras pemerintah telah berakhir, pelaku pasar masih cukup ragu bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang memadai.

Akibatnya, rencsana penjualan saham oleh Proses sebagai pemegang saham pengendali juga jadi menggantung. Pihak Prosus pada 8 September 2022 lalu telah mengkonfirmasi rencananya menjual 1,1 juta saham, yang bakal menggerus porsi kepemilikan sahamnya menjadi hanya 27,99 persen saja.

Jumlah tersebut merosot tajam dari rencana semula, di mana jumlah saham yang bakal dilego mencapai lebih dari 3,9 juta saham, dan bakal dirampungkan pada Semester I-2022 lalu.

Dengan kondisi demikian, sejumlah pun berspekulasi bahwa Tencent bakal melepaskan lebih banyak portofolio ekuitasnya secara luas untuk mendanai buyback sekaligus mencari pendorong pertumbuhan baru. Spekulasi ini, diantaranya, ditulis oleh Wall Street Journal, Selasa (20/9/2022).

Spekulasi tersebut otomoatif semakin memperkuat ketidakpastian di bidang teknologi China, mengingat posisi Tencent sebagai pemegang saham yang signifikan di sejumlah perusahaan besar, seperti Meituan, Kuaishou Technology, dan Bilibili Inc.

Meskipun Tencent menyangkal laporan Journal, saham sebagian besar investee turun di Hong Kong, dengan Meituan dan Bilibili jatuh sebanyak 3,8 persen, sedangkan saham Tencent sendiri merosot hingga dua persen akibat laporan tersebut. (TSA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement