IDXChannel - PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mengalami penurunan kinerja keuangan pada tahun ini, seiring melambatnya penjualan di sektor properti.
Dalam laporan keuangan auditan yang dikutip Jumat (28/11/2025), salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia itu meraup pendapatan bersih Rp6,4 triliun sepanjang Januari-September 2025. Angka ini melemah sekitar 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp7,53 triliun.
Segmen penjualan rumah tapak yang menjadi tulang punggung utama pendapatan Summarecon anjlok 35 persen dari Rp4,3 triliun menjadi Rp2,8 triliun. Namun, penjualan segmen komersial naik menjadi Rp614 miliar (+39 persen), apartemen naik menjadi Rp248 miliar (+24 persen), dan kapling Rp164 miliar.
Sementara itu, pendapatan berulang (recurring income) Summarecon stabil. Segmen ini terutama ditopang dari segmen mal dan retail yang menyumbang Rp1,56 triliun (+1 persen). Segmen hotel dan pengelolaan properti juga stabil di kisaran Rp328 miliar dan Rp306 miliar.
Sejalan dengan penurunan kinerja top line, profitabilitas perseroan juga ikut turun. Laba kotor turun 18 persen menjadi Rp3,28 triliun, meski beban pokok pendapatan berkurang.
Beban operasional yang bersifat tetap turut menekan laba usaha perseroan hingga 31 persen menjadi Rp1,9 triliun. Alhasil, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 41 persen dari Rp938 miliar menjadi Rp550 miliar.
Meski begitu, arus kas (cashflow) Summarecon membaik. Arus kas dari aktivitas operasional naik 315 persen menjadi Rp527 miliar, imbas penerimaan dari pelanggan yang meningkat 6 persen menjadi Rp6 triliun.
Di tengah penurunan pendapatan dan laba, kondisi neraca perseroan tetap solid. Summarecon memiliki kas dan setara kas sebesar Rp3,1 triliun. Selain itu, nilai cadangan lahan juga meningkat menjadi Rp10,2 triliun (+16 persen).
Secara umum, aset Summarecon tumbuh 10 persen menjadi Rp37 triliun. Liabilitas naik 22 persen menjadi Rp22 triliun imbas naiknya utang bank dan obligasi. Adapun ekuitas terjaga di level Rp14,9 triliun, naik 8 persen dibandingkan akhir 2024.
(Rahmat Fiansyah)