“Namun produksi dan penjualan mulai terasa di bulan Juli dan akan nampak di kuartal III 2023. Adapun, proyek ini merupakan realisasi atas penggunaan dana hasil penawaran umum,” imbuh Rini.
Saat ini, kata Rini, SBMA telah mengambil lebih dari 50% pasar untuk penjualan tabung di Minerba, lebih dari 40% di sektor migas dan lebih dari 60% di bidang Petrokimia. Sedangkan dari penjualan tipe bulk mencapai 20% untuk Shipyard dan masing-masing 5% untuk migas dan Petrokimia.
Dari sini, SBMA menargetkan peningkatan untuk penjualan bulk dengan investasi barunya. Lebih lanjut, untuk tahun 2023, SBMA mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp6,2 miliar.
Sementara itu, dalam dua tahun terakhir SBMA telah melakukan pembelian aset mencapai Rp38 miliar untuk proyek pengembangan pabrik, di mana Rp35 miliar dialokasikan untuk pengembangan air separation plant yang sudah beroperasi secara komersial sejak 27 Juni 2023 lalu.
Di sisi lain, Research Analyst PT Panin Sekuritas, Aqil Triyadi menjelaskan bahwa SBMA sat ini sedang berada di demand area. Ia merekomendasikan kepada investor untuk mencermati level support di Rp136.
“Selama mampu bertahan diatas level support, ada potensi ke resistance Rp150 dan bila tembus menuju ke Rp163,” pungkas Aqil.
(FRI)