Pandangan lainnya datang dari lembaga riset pasar saham Algo Research yang menulis analisis berjudul “IHSG: Seasonally Weak 2Q, Sell Banks & Buy Gold," yang menggarisbawahi soal faktor musiman di mana IHSG cenderung melemah di kuartal II-2024.
Algo Research menulis, pihaknya tetap menghindari risiko, “dengan level keluar di 7,200-7,300 dan level masuk di 6,900-7,000.”
Algo pun menyebut sejumlah faktor yang mendasari pandangan bearish mereka, yakni mulai dari kondisi makro Indonesia yang tidak menarik, percepatan inflasi, perlambatan momentum, kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan, hingga depresiasi Rupiah.
“Pasar cenderung mengalami tren penurunan yang disebabkan oleh perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar (Bank, Konsumen, Telco) atau [saham yang bersifat] momentum (TPIA/AMMN),” jelas Algo Research, Senin (1/4).
Algo menyebut, sektor komoditas menjadi salah satu yang masuk watchlist seiring harga pasar spot terus mengalami tren kenaikan. “Saham emas sebagai pilihan utama kami saat ini,” jelasnya.
Sementara, Algo telah menyerukan aksi ambil untung (profit taking) bagi bank-bank besar sejak bulan lalu seiring kurangnya katalis setelah dividen.
Saham-saham tersebut, Algo menilai, telah mengalami overbought (dari segi positioning) “karena menjadi tempat berlindung bagi investor institusi karena tidak ada sektor alternatif lain yang memiliki fundamental bagus dan kapitalisasi pasar besar.”
Oleh karenanya, menurut hemat Algo, hal ini membuat bank-bank besar rentan terhadap koreksi.
“[Ini] terutama jika likuiditas sangat minim dan prospek fundamental mulai memburuk (seperti yang terlihat saat ini),” tulis Algo, sembari menambahkan aksi net sell asing hingga normalisasi laba menjadi faktor saham perbankan besar berpotensi melanjutkan tren penurunan. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.