“Tapi enggak full performance, kalau mau full harus mengolah nikel menjadi produk lain,” ucapnya.
Frans menuturkan, akuisisi dua tambang nikel tersebut merupakan bagian dari upaya perseroan mengurangi porsi pendapatan dari sektor batu bara.
Perseroan optimistis kontribusi segmen bisnis nonbatu bara dapat mencapai 50 persen, sejalan dengan target nol emisi karbon di 2030 yang dicanangkan pemerintah.
Selain mengakuisisi tambang nikel, UNTR belum lama ini melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN) bekerja sama dengan konsorsium dari Jepang untuk menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang berlokasi di Legok Nangka di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Perseroan menyakini kontribusi bisnis non batu bara akan terus meningkat seiring dengan selesainya transaksi sejumlah inisiatif bisnis nonbatu bara yang dijajaki.