IDXChannel - Harga emas turun dari rekor tertingginya pada Senin waktu AS atau Selasa waktu Jakarta (5/12). Penyebab susutnya harga logam mulia terimbas penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi di tengah tingginya ekspektasi investor terhadap penurunan suku bunga acuan The Fed.
Harga emas merosot 2,5 persen setelah melonjak lebih dari 3 persen hingga mencapai rekor USD2.135,39 per ounce. Ini melampaui rekor tertinggi harga emas sepanjang masa.
Reli emas ke rekor tertingginya dipicu komentar Gubernur The Fed, Jerome Powell pada Jumat pekan lalu yang ditafsirkan pasar sebagai sinyal peralihan menuju pemangkasan suku bunga. Sehingga menyeret anjloknya greenback dan imbal hasil treasury.
Taruhan terhadap pemotongan suku bunga The Fed kini dipandang oleh pasar sebagai sesuatu yang berlebihan. Goldman Sachs menyebut, tingkat pelonggaran yang diperkirakan oleh pasar keuangan berlebihan. Pandangan tersebut bertepatan dengan kenaikan imbal hasil obligasi dan dolar AS pada Senin (4/12).
Harga emas memiliki hunungan terbalik dengan imbal hasil obligasi. Kenaikan yield obligasi membuatnya lebih menarik ketimbang emas yang tidak memberikan bunga.
“Mungkin terlalu dini untuk mengatakan bahwa The Fed akan melakukan perubahan," kata kepala strategi komoditas global di TD Securities, Bart Melek seperti dikutip dari Bloomberg.
“Mengingat semua data ekonomi, belum ada kepastian bahwa The Fed siap untuk mengambil tindakan dan menurunkan suku bunga," tegasnya.
Beberapa analis berpendapat, lonjakan emas ke rekor baru terlalu berlebihan, dan harga turun pada Senin waktu AS ke level USD2,020.20 per ounce.
"Penurunan tajam lebih didorong oleh perintah stop-loss,” kata Kelvin Wong, analis pasar senior di Oanda Asia Pacific Pte Ltd yang memperingatkan adanya penurunan jangka pendek.
Harga emas telah meningkat lebih dari 600% sejak pergantian milenium, meskipun jika disesuaikan dengan inflasi, harga emas masih berada di bawah level tertinggi USD850 yang dicapai pada Januari 1980, yang setara dengan lebih dari USD3.000.
(FAY)