sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Wall Street-Eropa-Nikkei Hijau, IHSG Kok Malah Merah? Ini Biang Keladinya

Market news editor Aldo Fernando - Riset
29/09/2022 10:59 WIB
Tema utama di pasar hari ini adalah rebound (bangkitnya) indeks saham global di tengah aksi intervensi oleh bank sentral Inggris (BOE).
Wall Street-Eropa-Nikkei Hijau, IHSG Kok Malah Merah? Ini Biang Keladinya. (Foto: MNC Media)
Wall Street-Eropa-Nikkei Hijau, IHSG Kok Malah Merah? Ini Biang Keladinya. (Foto: MNC Media)

Intervensi Berani BOE

Melansir Bloomberg, Kamis (29/9), reli aset berisiko, terutama saham, dipicu oleh rencana BOE untuk membeli hingga £65 miliar (USD71 miliar) utang pemerintah Inggris selama dua minggu ke depan.

Langkah tersebut demi mencegah krisis dana pensiun dan, seperti tampak di muka, telah mengunkit sentimen risiko di pasar.

Aksi pembelian obligasi oleh BOE tersebut turut mengangkat nilai tukar poundsterling, yang sempat jatuh ke level terendah sejak 1985 silam.

“Bank sentral berada dalam posisi yang sangat sulit saat ini,” kata Julie Biel, manajer portofolio dan analis riset senior Kayne Anderson Rudnick, ketika berbicara tentang BOE dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV.

“Semua orang sedikit tersudut dalam melihat volatilitas dan reaksi pasar,” kata Biel.

Aksi BOE tersebut juga membuat obligasi pemerintah di sejumlah negara bergerak liar.

Mengutip Wall Street Journal, Kamis (29/9), imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS atawa Treasury AS menyentuh 4% atau tertinggi sejak 2008 pada Rabu (28/9) waktu Indonesia di tengah aksi jual oleh investor.

Yield obligasi pemerintah, yang meningkat ketika harganya turun, cenderung mendaki tahun ini seiring bank sentral dunia mencoba memerangi inflasi yang menyundul langit dengan mengerek suku bunga jangka pendek dan menerapkan kebijakan pengetatan moneter.

Sejak pekan lalu, investor ‘membuang’ obligasi sehari usai bank sentral As (The Fed) memberi sinyal bahwa pihaknya kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan (FFR) lebih cepat dibandingkan ekspektasi pelaku pasar.

Belum lagi, pemerintah Inggris tiba-tiba mengumumkan akan memangkas pajak yang turut menjadi latar belakang aksi jual obligasi Inggris dan merosotnya poundsterling.

Aksi jual besar-besaran tersebut kemudian ditekan oleh intervensi BOE dengan mengeluarkan pernyataan bahwa bank sentral tersebut akan "melakukan pembelian sementara" obligasi Inggris jangka panjang "untuk memulihkan kondisi pasar yang teratur."

BOE juga menunda rencana untuk menjual obligasi Inggris yang telah terakumulasi sebelumnya di masa pandemi.

Yield Treasury 10 tahun AS turun ke 3,769% dan UK Gilt 10 tahun ke 4,014% (dari Selasa sempat di 4,514%) per Kamis (29/9) pukul 10.42 WIB, waktu Indonesia. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement