sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Wall Street-Eropa-Nikkei Hijau, IHSG Kok Malah Merah? Ini Biang Keladinya

Market news editor Aldo Fernando - Riset
29/09/2022 10:59 WIB
Tema utama di pasar hari ini adalah rebound (bangkitnya) indeks saham global di tengah aksi intervensi oleh bank sentral Inggris (BOE).
Wall Street-Eropa-Nikkei Hijau, IHSG Kok Malah Merah? Ini Biang Keladinya. (Foto: MNC Media)
Wall Street-Eropa-Nikkei Hijau, IHSG Kok Malah Merah? Ini Biang Keladinya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Tema utama di pasar hari ini adalah rebound (bangkitnya) indeks saham global di tengah aksi intervensi oleh bank sentral Inggris (BOE). Namun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengambil jalan berbeda.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.44 WIB, IHSG ambles 0,36% ke 7.050,68. Padahal, di awal perdagangan IHSG sempat naik ke 7.135,50.

Sebanyak Rp6,14 triliun dana berputar di bursa saham domestik pagi ini dengan volume perdagangan 13,61 miliar saham.

Pelemahan IHSG terjadi di tengah saham yang menguat hanya 159 saham, sedangkan saham melemah mencapai 359 saham. Adapun, 152 saham stagnan.

Sumber: Investing.com

Apalagi, indeks saham likuid berkapitalisasi pasar (market cap) jumbo LQ45 juga melemah 0,27%, menambah tekanan untuk pasar secara keseluruhan.

Di antara saham-saham elite bursa, saham-saham dengan market cap terjumbo juga terbenam di zona merah.

Sebut saja, trio bank kakap, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 0,56%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tergerus 0,81%, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melorot 0,88%.

Dua nama terakhir, BMRI dan BBRI, kembali dilego investor setelah kemarin juga masing-masing turun 0,53% dan 0,22%.

Di antara tiga bank tersebut, bank swasta milik Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih sanggup menghijau 0,30%, melanjutkan kenaikan 0,30% pada Rabu kemarin.

Raksasa lainnya yang menjadi pemberat IHSG adalah emiten telekomunikasi BUMN PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan raksasa otomotif PT Astra International Tbk (ASII) yang secara beruntun turun 0,44% dan 1,10%.

Tidak ketinggalan, emiten ojek online dan e-commerce PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga turun 0,78% pagi ini melengkapi deretan raksasa yang tersungkur.

Selama sepekan, investor asing, yang biasa berdagang di saham-saham di atas, mencatatkan penjualan bersih (net sell) Rp3,26 triliun. Aksi jual-beli asing sering menjadi indikator kekuatan IHSG, terutama big cap secara keseluruhan.

Bursa Respons Positif Aksi BOE

Indeks saham di kawasan Asia melompat pagi ini mengikuti rebound indeks saham Amerika Serikat (AS) usai BOE meluncurkan program pembelian obligasi yang memicu reli obligasi pemerintah secara global.

Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,25%, Hang Seng Index Hong Kong menguat 1,05%, Shanghai Composite Index (Shanghai) terapresiasi 0,26%, dan Straits Times naik 1,09%.

ASX200 Australia juga mencuat 1,82% pagi ini.

Dari Eropa, FTSE 100 Index (Inggris) menguat 0,30% pada penutupan perdagangan Rabu malam waktu Indonesia (WIB). Kemudian, indeks DAX Jerman juga naik 0,36%.

Intervensi Berani BOE

Melansir Bloomberg, Kamis (29/9), reli aset berisiko, terutama saham, dipicu oleh rencana BOE untuk membeli hingga £65 miliar (USD71 miliar) utang pemerintah Inggris selama dua minggu ke depan.

Langkah tersebut demi mencegah krisis dana pensiun dan, seperti tampak di muka, telah mengunkit sentimen risiko di pasar.

Aksi pembelian obligasi oleh BOE tersebut turut mengangkat nilai tukar poundsterling, yang sempat jatuh ke level terendah sejak 1985 silam.

“Bank sentral berada dalam posisi yang sangat sulit saat ini,” kata Julie Biel, manajer portofolio dan analis riset senior Kayne Anderson Rudnick, ketika berbicara tentang BOE dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV.

“Semua orang sedikit tersudut dalam melihat volatilitas dan reaksi pasar,” kata Biel.

Aksi BOE tersebut juga membuat obligasi pemerintah di sejumlah negara bergerak liar.

Mengutip Wall Street Journal, Kamis (29/9), imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS atawa Treasury AS menyentuh 4% atau tertinggi sejak 2008 pada Rabu (28/9) waktu Indonesia di tengah aksi jual oleh investor.

Yield obligasi pemerintah, yang meningkat ketika harganya turun, cenderung mendaki tahun ini seiring bank sentral dunia mencoba memerangi inflasi yang menyundul langit dengan mengerek suku bunga jangka pendek dan menerapkan kebijakan pengetatan moneter.

Sejak pekan lalu, investor ‘membuang’ obligasi sehari usai bank sentral As (The Fed) memberi sinyal bahwa pihaknya kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan (FFR) lebih cepat dibandingkan ekspektasi pelaku pasar.

Belum lagi, pemerintah Inggris tiba-tiba mengumumkan akan memangkas pajak yang turut menjadi latar belakang aksi jual obligasi Inggris dan merosotnya poundsterling.

Aksi jual besar-besaran tersebut kemudian ditekan oleh intervensi BOE dengan mengeluarkan pernyataan bahwa bank sentral tersebut akan "melakukan pembelian sementara" obligasi Inggris jangka panjang "untuk memulihkan kondisi pasar yang teratur."

BOE juga menunda rencana untuk menjual obligasi Inggris yang telah terakumulasi sebelumnya di masa pandemi.

Yield Treasury 10 tahun AS turun ke 3,769% dan UK Gilt 10 tahun ke 4,014% (dari Selasa sempat di 4,514%) per Kamis (29/9) pukul 10.42 WIB, waktu Indonesia. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement