Fokus investor juga tertuju pada laporan indeks harga konsumen (CPI) untuk bulan Juni yang akan dirilis Selasa depan. Ekonom memperkirakan inflasi bulanan naik sebesar 0,3 persen, lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
Selain CPI, data penjualan ritel bulanan juga akan menjadi sorotan. Investor masih berharap agar Federal Reserve kembali memangkas suku bunga.
Namun, kekhawatiran bank sentral terhadap potensi lonjakan inflasi akibat tarif menjadi alasan utama untuk menahan pelonggaran kebijakan moneter.
Secara historis, S&P 500 telah mencatatkan kenaikan hampir 7 persen sepanjang 2025 hingga pertengahan tahun ini.
Dalam perkembangan terbaru, Nvidia menjadi perusahaan publik pertama yang menembus kapitalisasi pasar USD4 triliun, dipicu reli saham produsen chip AI tersebut.
Pasar saham sempat anjlok pada April setelah pengumuman Trump mengenai tarif global besar-besaran dalam momen yang disebut sebagai “Liberation Day”.
Meski demikian, sebagian besar investor masih optimistis bahwa AS akan mencapai kesepakatan dagang dengan negara mitra seperti Jepang dan Korea Selatan, sehingga dapat menghindari kenaikan tarif yang lebih tinggi.
"Pasar sudah mengantisipasi tercapainya kesepakatan tersebut. Jika itu tidak terjadi, maka potensi volatilitas jangka pendek bisa meningkat bila Gedung Putih benar-benar menerapkan kebijakan tarif yang agresif," ujar Chief Market Strategist di Ameriprise Financial, Anthony Saglimbene.
(NIA DEVIYANA)