IDXChannel - Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) atau US Treasury tenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam 16 tahun pada perdagangan Senin (2/10/2023).
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun sempat naik 0,13 poin persentase menjadi 4,70 persen, tingkat tertinggi sejak 2007. Sebelumnya akhirnya berada di level 4,68 persen pada perdagangan Selasa (3/10) pukul 12.25 WIB.
Kenaikan ini seiring berlanjutnya penurunan obligasi global dan keputusan anggaran yang telah disepakati pemerintah AS. Kenaikan ini juga didukung setelah data manufaktur AS yang lebih baik dari perkiraan mendukung keyakinan investor bahwa perekonomian negeri paman Sam berada dalam kondisi yang baik. (Lihat grafik di bawah ini.)

Kenaikan imbal hasil Treasury juga mendorong keperkasaan dolar didukung data ekonomi AS yang kuat. Kondisi ini juga mendukung pandangan bahwa bank sentral The Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.
Indeks dolar memperpanjang kenaikan di atas 107 pada perdagangan Selasa (3/10) dan mencapai level tertinggi sejak November tahun lalu.
PMI Manufaktur ISM AS yang dirilis kemarin menunjukkan kontraksi terkecil dalam aktivitas pabrik dalam hampir satu tahun untuk September.
PMI Manufaktur ISM AS naik menjadi 49 pada September 2023 dari sebelumnya 47,6 pada Agustus. Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 47,8 yang mencerminkan kontraksi paling lambat di sektor manufaktur AS dalam sepuluh bulan.
Obligasi AS Semakin Diminati
Mengutip Financial Times, harga obligasi di seluruh dunia telah anjlok tajam dalam beberapa pekan terakhir di tengah banyaknya penerbitan Treasury oleh pemerintah AS.
Beberapa analis juga meyakini, tanda-tanda pertumbuhan yang kuat di AS membuat penurunan suku bunga The Fed dalam beberapa tahun mendatang menjadi lebih kecil kemungkinannya, sehingga berdampak pada Treasury.
“Pasar menganggap setiap data yang kuat sebagai indikasi bahwa penurunan suku bunga tidak akan sesulit yang diperkirakan sebelumnya,” kata Gennadiy Goldberg, kepala strategi suku bunga AS di TD Securities.
Pergerakan di pasar obligasi juga dipengaruhi pemerintah AS menerbitkan lebih banyak utang berupa obligasi.
Departemen Keuangan pada Agustus meningkatkan jumlah rencana pinjaman triwulanannya untuk pertama kalinya dalam dua setengah tahun.
Inilah faktor yang membuat imbal hasil Treasury mengalami kenaikan. Kebutuhan kas Departemen Keuangan meningkat sebagian karena meningkatnya defisit.
Departemen Keuangan AS juga menghadapi habisnya cadangan kasn yang disimpan The Fed sebelum batas utang dicabut oleh Kongres pada awal Juni lalu.
Pada tanggal 31 Juli, Departemen Keuangan menaikkan rencana pinjaman Q3 dengan menerbitkan obligasi menjadi USD1,01 triliun, naik USD274 juta dari jumlah awal yang diumumkan pada Mei.
Pada saat yang sama, Departemen Keuangan mengatakan pihaknya memperkirakan akan meminjam USD852 miliar pada Q4. Bahkan pada laju triwulan ke-4, angka defisit tahunan anggaran AS sebesar USD3,4 triliun, jauh di atas perkiraan defisit sebesar USD2 triliun.
Satu lagi faktor yang berkontribusi terhadap kelebihan pasokan obligasi adalah program pengetatan kuantitatif The Fed, yang mengeluarkan dana hingga USD95 miliar per bulan pada Treasury dan sekuritas hipotek yang didukung pemerintah.
Sementara itu, obligasi Eropa juga terjerumus dalam aksi jual pada perdagangan Senin. Imbal hasil obligasi 10-tahun Inggris naik menjadi 4,58 persen, sementara imbal hasil obligasi 30-tahun naik di atas 5 persen untuk pertama kalinya sejak krisis dana pensiun Inggris pada musim gugur lalu.
Imbal hasil obligasi 10 tahun Jerman – yang merupakan patokan zona euro – juga naik 0,08 poin persentase menjadi 2,93 persen, mendekati level tertinggi dalam 12 tahun yang dicapai minggu lalu.
“Jelas pertumbuhannya lebih lemah di Eropa namun dalam beberapa hal inflasi yang mendasarinya lebih susah dijinakkan,” kata Robert Tipp, kepala obligasi global di PGIM Fixed Income.
Dalam sebuah wawancara dengan Financial Times pada Senin, wakil presiden Bank Sentral Eropa Luis de Guindos menolak pembicaraan mengenai penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Ia juga memperingatkan soal lonjakan harga minyak baru-baru ini ke level tertinggi dalam 10 bulan akan membuat upaya penurunan inflasi akan semakin sulit. (ADF)