Barang-barang tersier pilihan konsumen ini masih dapat dibeli dengan dana yang terbatas. Misalnya kopi, rokok, tiket bioskop, lipstik, barang kosmetik lainnya, produk skincare, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk kesenangan sesaat dan sederhana di kala kondisi keuangan tengah sulit.
Oleh sebab itu, meskipun kondisi perekonomian secara keseluruhan disebut-sebut tengah sulit dan menurun, Anda akan tetap melihat konsumen memenuhi di kedai kopi, mengantre membeli iPhone terbaru, dan sebagainya.
Karena itulah, daya beli yang membuat antrean pembelian barang-barang tersier dan peningkatan penjualan barang-barang non-primer lainnya (make up, pakaian, gadget, makanan dan minuman yang sedang hits, dll) tidak dapat digunakan untuk mengklaim bahwa ‘perekonomian baik-baik saja.’
Kondisi itu bisa jadi merupakan bentuk implementasi lipstick effect, yakni ketika orang dalam kondisi bokek sekalipun masih ingin menikmati hidup dengan kesenangan sesaat, yakni dengan membeli barang-barang tersier dengan harga yang lebih terjangkau.
Investopedia juga menyimpulkan bahwa lipstick effect adalah salah satu alasan yang membuat penjualan restoran cepat saji dan tiket bioskop tidak terpengaruh oleh penurunan daya beli dan resesi ekonomi.