3. Evaluasi dan Tekan Gaya Hidup Konsumtif
Inflasi membuat harga-harga naik. Jika gaya hidup tidak ikut dievaluasi, maka dompet akan semakin tipis. Mulailah dengan menekan pengeluaran yang bisa dikurangi, seperti jajan kopi, langganan streaming, dan lain-lain. Uang yang biasanya “mengalir” tanpa terasa ini bisa dialihkan ke pos cicilan dan tabungan.
4. Prioritaskan Cicilan Produktif
Jika Anda memiliki lebih dari satu cicilan, utamakan cicilan produktif, seperti pinjaman modal usaha atau cicilan rumah. Jangan tergoda ambil kredit konsumtif tambahan saat kondisi keuangan belum stabil. Cicilan konsumtif seperti PayLater, cicilan gadget, atau kartu kredit untuk gaya hidup sebaiknya dikurangi atau bahkan dihentikan sementara.
5. Cari Penghasilan Tambahan
Jika pengeluaran sulit ditekan, maka cara lain adalah menambah pemasukan. Saat ini, banyak pekerjaan sampingan fleksibel yang bisa dilakukan di luar jam kerja utama, seperti freelance menulis, desain, atau penerjemah. Anda juga bisa mencoba berjualan makanan atau minuman kecil-kecilan, serta affiliate marketing atau dropship. Penghasilan tambahan ini bisa langsung dialokasikan khusus untuk tabungan atau menambah cicilan agar lunas lebih cepat.
6. Lindungi Dana Darurat dan Hindari Utang Baru
Di tengah inflasi, memiliki dana darurat sangat penting untuk menghindari utang baru saat terjadi situasi mendesak (sakit, PHK, dan lain-lain). Idealnya, dana darurat minimal 3–6 bulan pengeluaran rutin. Jika Anda belum memilikinya, prioritaskan bangun dana darurat perlahan. Jangan tergoda ambil pinjaman baru hanya untuk kebutuhan konsumtif atau menutupi gaya hidup. Utang baru tanpa perencanaan justru memperparah kondisi keuangan.
Nabung sambil bayar cicilan di tengah inflasi memang cukup menantang tapi bukan berarti hal ini mustahil dilakukan. Dengan perencanaan yang baik dan komitmen yang kuat, Anda bisa tetap membangun bahkan di masa sulit.