Walaupun telah melakukan re-branding dan inovasi yang sedemikian rupa, tak lantas membuat Erigo langsung dikenal oleh masyarakat.
Muhammad Sadad harus mengikuti dari satu pameran ke pameran lainnya untuk mengenalkan produk Erigo. Meski begitu, biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk mengikuti pameran ternyata jauh lebih besar dari pada omzet penjualan yang ia terima setiap harinya.
Penjualannya kala itu hanya mencapai Rp5 juta. Akibatnya, Muhammad Sadad mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
Hal ini juga yang terjadi saat ia melakukan pameran di Malaysia yang memakan biaya operasional hingga Rp25 juta.
Meski rugi, Muhammad Sadad tidak menyerah. Dia tetap gigih memperkenalkan Erigo hingga berhasil meningkatkan penjualan sampai ribuan persen.
Bahkan, pada 2015 lalu, dia mampu mencapai omzet hingga Rp22 miliar dan memiliki karyawan sebanyak 600 orang. Selain itu, Erigo mampu menjelma menjadi salah satu brand kebanggaan anak muda Indonesia.
Penulis: Hafiz Habibie
(FRI)