"Orangtua saya tidak setuju karena mereka mengatakan bahwa ada banyak saudara dan teman yang harus mereka undang. Jika tidak, mereka akan tersinggung,” lanjut wanita tersebut.
Kalimat orangtuanya membuatnya merasa tidak percaya diri bahwa suaminya bisa mrawatnya, apalagi jika pernikahan mereka dibuat sederhana. Hingga akhirnya, sang suami bertanya kepada orangtuanya untuk menanyakan total tamu yang ingin mereka undang.
“Setelah dihitung, ada sekitar 1.000 orang dan mereka ingin melangsungkan pernikahan di hotel. Orangtua saya menyarankan agar kami mengambil pinjaman pribadi sebesar RM40.000 jika kami ingin menikah,” tulis wanita tersebut.
Setelah berutang, pasangan tersebut melangsungkan acara pernikahan sesuai dengan keinginan orangtuanya. Kerabat dan teman-teman mereka memuji atas pernikahan mewah tersebut.
Pesta pernikahan tersebut tidak menjadi sebuah kesenangan untuk mereka, melainkan menjadi beban pikiran karena harus melunasi utang tersebut yang membuat mereka stres.
“Sekarang kami sedang berjuang untuk melunasi pinjaman. Setelah suami saya pulang kerja, dia langsung (bekerja) melakukan pengiriman makanan. Saya melakukan dropshipping online, tapi itu masalahnya, saya merasa sedih kadang-kadang tidak ada penjualan,” tulisnya.
“Suami saya dulu ceria dan sekarang dia hanya banyak tidur ketika dia pulang. Dia bilang dia lelah bekerja tanpa henti. Dia sangat menyesal mengambil pinjaman. Kalau tidak, hidup kita akan damai, dia bisa pulang dari kantor dan beristirahat dengan saya,” tutup wanita tersebut.
Ini adalah pelajaran untuk tidak membiarkan orang lain menekan kamu untuk membelanjakan di luar kemampuanmu.
(Penulis: Ibadikal Mukhlisina/Magang)
(FAY)