sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

BMKG: Bibit Siklon Tropis 98S Berbeda dengan Siklon Tropis Seroja

News editor Binti Mufarida
09/04/2023 18:00 WIB
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan Bibit 98S yang berpotensi tinggi menjadi Siklon Tropis berbeda dengan Siklon Tropis Seroja.
BMKG: Bibit Siklon Tropis 98S Berbeda dengan Siklon Tropis Seroja. (Foto: MNC Media)
BMKG: Bibit Siklon Tropis 98S Berbeda dengan Siklon Tropis Seroja. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan Bibit 98S yang berpotensi tinggi menjadi Siklon Tropis berbeda dengan Siklon Tropis Seroja yang menyebabkan bencana hidrometeorologi basah di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada April 2021 lalu.

“Kalau Seroja itu munculnya sudah ada di dalam zona tropis yaitu di dalam zona antara 10 derajat lintang utara hingga 10 derajat Lintang Selatan, berada di wilayah perairan Indonesia. Jadi Seroja itu munculnya ada di antara ada tiga, Sumba, Timor, sama Utara itu itu Rote dan Timor,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip dari keterangannya saat Konferensi Pers secara virtual, Minggu (9/4/2023).

Dwikorita pun mengatakan bahwa Siklon Tropis Seroja merupakan kejadian langka yang terbentuk di dalam zona ekuator. 

"Nah yang ini kejadian yang langka semestinya di dalam zona ekuator ini kalau menurut pelajaran yang dipelajari, dari teks book ya, bahwa zona ekuator itu zona dimana mengalami rotasi bumi yang paling cepat kecepatannya paling tinggi, karena bumi ini bola dunia ini tidak benar-benar bulat jari-jari ke kutub pendek-pendek diatas tapi gemuk di ekuator, sehingga jari-jari ekuator itu paling panjang, sehingga keliling ekuator itu paling panjang dibandingkan keliling di belahan bumi utara dan selatan.”

“Maka dalam rotasi bumi itu waktunya sama sama 24 jam tapi jarak tempuhnya di ekuator paling jauh sehingga kecepatannya paling tinggi. Dan hal ini membangkitkan gaya coriolis yang mengakibatkan apabila terbentuk Siklon Tropis itu terbentuknya kan diluar ekuator ya jadi akan akan rusak kalau berada di zona itu, akan apa menjadi buyar gitu ya,” papar Dwikorita.

Halaman : 1 2
Berita Rekomendasi

Berita Terkait
Advertisement
Advertisement