IDXChannel - Sebagian besar wilayah Indonesia masih akan diguyur hujan lebat dan cuaca ekstrem meski secara perhitungan kalender sudah memasuki musim kemarau. Dinamika atmosfer global yang kompleks membuat musim kemarau tahun ini belum sepenuhnya terasa kering.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, hingga awal Juli 2025, baru 30 persen zona musim yang benar-benar memasuki kemarau kering. Selebihnya, kawasan seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua masih mengalami pola hujan intens yang bisa memicu banjir, tanah longsor, hingga pohon tumbang.
“Jangan lengah hanya karena label musim kemarau. Cuaca ekstrem bisa muncul sewaktu-waktu dan membawa risiko besar,” ujar Dwikorita dikutip Sabtu (12/7/2025).
Menurut BMKG, fenomena atmosfer seperti gelombang Rossby dan Kelvin, zona konvergensi angin, serta potensi sirkulasi siklonik di sekitar Samudra Hindia dan Pasifik, terus memicu pembentukan awan hujan skala luas.
Akibatnya, pada 8 dan 9 Juli lalu, sejumlah wilayah seperti Papua, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, dan Maluku tercatat mengalami curah hujan harian lebih dari 50 milimeter (mm), angka yang tergolong tinggi untuk musim kemarau.
BMKG memperkirakan potensi cuaca ekstrem masih tinggi dalam sepekan ke depan. Wilayah yang berisiko mengalami hujan lebat disertai petir dan angin kencang antara lain: Aceh, Sumatera Utara, Papua Pegunungan, Papua Selatan, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, NTT, dan Maluku.
Selain daratan, wilayah laut juga berpotensi terdampak. Gelombang tinggi akibat angin lebih dari 25 knot diprediksi akan terjadi di Laut Cina Selatan, Laut Natuna Utara, Laut Jawa, Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru, dan Samudra Hindia selatan Jawa dan NTT.
Dwikorita mengingatkan masyarakat untuk tidak menganggap sepele ancaman cuaca ekstrem, bahkan di tengah musim kemarau. Ia juga menekankan pentingnya tindakan preventif seperti menghindari area terbuka saat terjadi petir, menjauhi pohon besar saat angin kencang, dan menjaga kondisi fisik karena cuaca panas dan lembap bisa datang bersamaan.
“Masyarakat perlu terus memantau informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG. Jangan hanya mengandalkan kebiasaan atau perkiraan lama, karena kondisi atmosfer saat ini sangat dinamis,” katanya.
(Rahmat Fiansyah)