“Apalagi posisi gerak semu matahari pada tanggal 21 September itu kan di wilayah ekuator dan sekarang pada proses pergerakan dari ekuator menuju selatan, menuju Lintang 23 setengah derajat celcius,” ujarnya.
Dwikorita menjelaskan bahwa sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator termasuk wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara mendapatkan pengaruh dampak penyinaran matahari yang relatif lebih intens dibandingkan wilayah lainnya, di mana pemanasan sinar matahari cukup optimal terjadi pada pagi menjelang siang dan siang hari.
“Jadi posisi matahari ini memang berada di wilayah selatan ekuator, Indonesia bagian selatan ini ya, di selatan ekuator, jadi penyinarannya maksimum di sana,” ucapnya.
"Apalagi tadi tutupan awan hujan juga kalau kita lihat dari satelit itu langitnya bersih ya, artinya tidak ada awan hujan, itu yang meningkatkan intensitas penyinaran sinar matahari," tambah dia.
Dwikorita mengungkapkan, faktor ketiga, lingkungan yang membuat suhu udara semakin panas.
“Selain juga faktor di permukaan, karena lokasi lingkungan kita ini kan juga sudah tidak begitu hijau lagi ya, jadi kesejukan itu juga dipengaruhi oleh landscape sekitar kita,” ujarnya.