sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

China Tak Laporkan Kematian Covid-19 Meski Krematorium Kewalahan

News editor Febrina Ratna
20/12/2022 07:20 WIB
Staf krematorium di Beijing menyebut telah mengkremasi 30 jenazah korban Covid-19 pada pekan lalu. Sementara Pemerintah China tidak melaporkan kasus kematian.
China Tak Laporkan Kematian Covid-19 Meski Krematorium Kewalahan. (Foto: MNC Media)
China Tak Laporkan Kematian Covid-19 Meski Krematorium Kewalahan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – China kembali dihadapkan pada gelombang baru kasus Covid-19. Tak hanya itu, negara tersebut juga harus menghadapi jumlah kematian yang terus meningkat.

Berdasarkan laporan sejumlah media, telah terjadi peningkatan jumlah positif Covid-19 di pemakaman dan krematorium di Beijing. Meskipun pemerintah tidak melaporkan adanya kematian selama dua minggu terakhir.

Beijing saat ini sedang mengalami gelombang Covid terparah setelah pemerintah memutuskan untuk melonggarkan protokol kesehatan yang telah menekan angka persebaran dalam tiga tahun terakhir.

Staf di krematorium Beijing mengatakan kepada Financial Times bahwa mereka mengkremasi jenazah setidaknya 30 korban Covid pada pekan lalu. Sementara seorang kerabat dari salah satu korban tewas mengatakan anggota keluarga mereka telah terinfeksi virus, menurut Associated Press. Adapun, Reuters melaporkan rumah duka di Beijing kewalahan.

Dikutip dari Fortune, Minggu (18/12/2022) China belum melaporkan tambahan korban jiwa sejak 4 Desember. Saat itu tercatat ada dua korban jiwa berumur 84 tahun yang meninggal karena n masalah kesehatan.

Kematian resmi yang dilaporkan akibat Covid-19, yang jumlah kasus positifnya hanya mencapai ribuan bahkan sebelum Zero-Covid dilonggarkan- pada 23 November 2022, yaitu seorang wanita berumur 87 tahun yang menurut pihak berwenang memiliki penyakit jantung kronis.

China semakin kesulitan mengendalikan laju Covid-19 setelah negara tersebut menghentikan laporan terkonfirmasi positif tanpa gejala yang biasanya termasuk sebagai orang yang terinfeksi. Selain itu, berkurangnya penggunaan PCR dan diganti dengan antigen menunjukkan data resmi tidak ada gunanya.

Alhasil, jumlah kematian jauh lebih kecil kemungkinannya untuk masuk dalam radar pemerintah daripada kasus positif.

Seorang juru bicara Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengatakan kepada Bloomberg News pada  hari Selasa (6/12) bahwa orang-orang yang positif Covid dan meninggal digolongkan sebagai kematian akibat virus, terlepas dari apakah itu penyebab utama kematian atau bukan.

Namun, laporan dari pemakaman dan krematorium Beijing baru-bari ini menunjukkan bahwa tidak lagi demikian, atau otoritas lokal atau rumah sakit mengklasifikasikan kematian secara berbeda. 

Ketika dihubungi Minggu, NHC tidak berkomentar tentang laporan kematian Covid dan antrean panjang Rumah Duka Dongjiao Beijing yang mengkremasi 150 jenazah pada Rabu, 30 atau 40 di antaranya Covid, menurut seorang pekerja yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan kepada FT.

Kematian Covid mendapat prioritas untuk segera dikremasi, kata karyawan itu. Wartawan FT juga melihat kantong jenazah di rumah sakit yang diperuntukkan bagi pasien virus.

Dongjiao dan rumah duka lainnya ditunjuk oleh otoritas kesehatan Beijing untuk mengkremasi mereka yang meninggal setelah dites positif, kata seorang kerabat dari salah satu korban tewas kepada AP. Orang-orang di luar Dongjiao mengatakan kepada kantor berita setidaknya dua orang yang tewas yang dikremasi di sana meninggal setelah dinyatakan positif.

Panggilan ke Dongjiao dan tiga rumah duka Beijing lainnya tidak dijemput, sementara pekerja di tempat lain - di Shunyi, timur laut Beijing tengah, dan kota satelit Huairou - menolak untuk menjawab pertanyaan tentang kematian atau prosedur kremasi korban meninggal Covid.

Kebijakan Xi

China telah melaporkan hanya 5.235 kematian Covid sejak pandemi dimulai pada akhir 2019, dengan kasus pertama yang diketahui di pusat kota Wuhan. Sistem lockdown, pengujian massal, dan isolasi yang diterapkan karena pandemi itu, justru memungkinkan China untuk menjalani masa pandemi yang panjang untuk terbebas dari virus.

Presiden Xi Jinping sangat mengandalkan kebijakan zero Covid, yang  ia gunakan untuk menggembar-gemborkan keunggulan China atas Barat, khususnya AS, yang melaporkan lebih dari 1 juta orang meninggal karena Covid-19.

Namun, semua itu bergeser dalam beberapa minggu terakhir, ketika protes luar biasa di kota-kota besar China membuat Beijing mengubah kebijakan yang selama ini telah mempersulit ekonomi China. Retorika resmi telah bergeser dari menjelekkan menjadi meremehkannya, dengan seorang penasihat medis ternama mengatakan kepada mahasiswa minggu lalu bahwa virus itu dapat digambarkan sebagai "flu."

Sebuah komentar Xinhua pada hari Sabtu mengatakan kehidupan telah aman karena pengalaman menghadapi Covid-19 selama ini.

"Satu hal telah menjadi sangat jelas sekarang: Tiongkok telah menghormati apa yang selalu dikatakannya akan dilakukan — menempatkan orang-orang dan hidup mereka di atas segalanya," demikian menurut komentar itu.  

“Setelah tiga tahun, virus ini lebih lemah tetapi kami telah tumbuh lebih kuat," lanjutnya.

Gelombang kematian Covid-19 akan merusak narasi Pemerintah China bahwa mereka telah menangani virus lebih baik daripada negara lain, dan menggunakan momen ini mencari alasan ilmiah.

China menghilangkan kebijakan Zero-Covid meskipun tingkat vaksinasi lansia masih rendah daripada negara lain yang sudah menjalani New Normal. Rumah sakit di China, terutama di luar kota-kota besar, kekurangan sumber daya dan tidak jelas apakah vaksin dan obat untuk Covid-19 cukup.

Satu juta kematian

Di sisi lain, peneliti dari Hong Kong pada hari Kamis (15/12) menyampaikan sangat banyak kemungkinan, termasuk kematian 1 juta orang setelah pelonggaran kebijakan. Penelitian di AS menunjukan kematian sebanyak itu bisa datang pada 2023 karena pelonggaran kebijakan yang membuat lonjakan kasus positif baru.

Pelonggaran Covid di China dapat mengganggu aktivitas ekonomi global. Perusahaan Volkswagen AG hingga perusahaan minyak Sinopec sedang bersiap menghadapi peningkatan kasus signifikan.

Namun, minimnya info tentang kematian di China menimbulkan banyak pertanyaan di masyarakat. Misalnya pada platform media sosial seperti Weibo yang menanyakan apakah ada peningkatan jumlah korban jiwa dan mengeluhkan tentang antrean panjang di rumah duka.

Banyak pertanyaan juga tentang data Covid-19 sejak awal pandemi, ketika muncul laporan panjang antrean dan tumpukan guci abu di rumah duka Wuhan menimbulkan spekulasi bahwa pemerintah China, yang dikecam karena sumber Covid-19,  memalsukan jumlah kematian yang direvisi naik menjadi 1.290 pada 2020 atau naik 40% dari jumlah sebelumnya.

China membantah jika ada yang ditutupi dengan mengatakan penambahan itu karena banyak yang meninggal di rumah tanpa menemui dokter atau sedang dites Covid-19. Pada awal pandemi, rumah sakit di Wuhan sangat kewalahan dalam merawat pasien sehingga terlambat melaporkan dan ada yang tidak lengkap, kata China kala itu.

Penulis: Ahmad Fajar

(FRI)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement