IDXChannel - Kebakaran hutan dan pemukiman di Los Angeles (LA), California, bisa menjadi bencana paling merugikan dalam sejarah Amerika Serikat (AS). Sebab, estimasi awal kerugian akibat peristiwa itu cukup besar.
Kebakaran hutan yang disusul hangusnya perumahan di LA yang terjadi sejak Selasa (7/1/2205) telah menewaskan sedikitnya 11 orang dan membakar lebih dari 12 ribu bangunan. Api telah menghancurkan seluruh lingkungan yang dulunya merupakan jajaran real estate bernilai jutaan dolar AS.
Meskipun masih terlalu dini untuk menghitung kerugian finansial secara akurat, karena kebakaran masih terus terjadi, namun kerugian sejauh ini tercatat cukup besar menurut perhitungan sejumlah lembaga.
Perkiraan awal oleh AccuWeather menyebutkan kerusakan dan kerugian ekonomi akibat bencana tersebut sejauh ini mencapai USD135 miliar hingga USD150 miliar atau sekitar Rp2.447 triliun.
Sebagai perbandingan, AccuWeather memperkirakan kerusakan dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh Badai Helene yang melanda enam negara bagian tenggara musim gugur lalu mencapai USD225 miliar hingga USD250 miliar.
(Kebakaran hutan yang berdampak hingga pemukiman mewah di Los Angeles, California. Foto: Getti Images/BBC)
"Ini akan menjadi kebakaran hutan termahal dalam sejarah modern California dan juga kemungkinan besar kebakaran hutan termahal dalam sejarah modern AS, karena kebakaran terjadi di daerah padat penduduk di sekitar Los Angeles dengan beberapa real estat bernilai tinggi," kata kepala meteorologi AccuWeather, Jonathan Porter, seperti dilansir dari AP pada Minggu (12/1/2025).
AccuWeather memperhitungkan banyak variabel dalam perkiraannya, termasuk kerusakan pada rumah, bisnis, infrastruktur, kendaraan, biaya perawatan kesehatan langsung dan jangka panjang, hilangnya upah, hingga gangguan rantai pasokan.
Sementara itu, pialang asuransi Aon PLC mengatakan pada Jumat (10/1/2025) bahwa kebakaran hutan di LA kemungkinan akan menjadi yang termahal dalam sejarah AS, meskipun tidak mengeluarkan perkiraan.
Aon sebelumnya menempatkan kebakaran hutan yang dikenal sebagai Camp Fire di Paradise, California, pada 2018 sebagai yang termahal dalam sejarah AS hingga saat ini dengan kerugian USD12,5 miliar, disesuaikan dengan inflasi. Camp Fire menewaskan 85 orang dan menghancurkan sekitar 11 ribu rumah.
Sementara itu, kebakaran hutan di LA yang dipicu oleh angin kencang Santa Ana dan kekeringan ekstrem masih belum terkendali hingga Sabtu (11/1/2025). Itu berarti jumlah akhir kerugian akibat kebakaran kemungkinan akan meningkat secara substansial.
"Sebagai perbandingan, total kerusakan dan kerugian ekonomi dari bencana kebakaran hutan ini dapat mencapai hampir 4 persen dari PDB tahunan negara bagian California," kata Porter dari AccuWeather.
Dalam sebuah laporan pada Jumat, Moody's menyimpulkan bahwa kebakaran hutan dan pemukiman di LA akan terbukti menjadi yang paling merugikan dalam sejarah AS, khususnya karena kebakaran tersebut telah melanda daerah padat penduduk dengan real estate mewah.
Moody's mencatat negara bagian tersebut sebenarnya tidak asing dengan kebakaran hutan besar. Namun, kebakaran sebelumnya terkonsentrasi di daerah pedalaman yang tidak padat penduduk.
Hal itu menyebabkan lebih sedikit kerusakan per hektar, dan kerusakan terjadi pada rumah-rumah yang lebih murah.
(Jajaran mobil dan pemukiman di Los Angeles, California, hangus akibat kebakaran hutan sejak Selasa (7/1/2025. Foto: AP)
Namun kali ini, peristiwa tersebut menjadi salah satu kebakaran terbesar di AS dan telah menghancurkan ribuan properti di Pacific Palisades dan Malibu, tempat tinggal banyak bintang dan eksekutif Hollywood yang nilai propertinya mencapai jutaan dolar AS. Banyak selebritas yang kehilangan rumah akibat kebakaran tersebut.
"Skala dan intensitas kebakaran, dikombinasikan dengan jejak geografisnya, menunjukkan biaya yang sangat mahal, baik dari segi korban manusia maupun kerugian ekonomi," tulis analis Moody's.
Namun, laporan tersebut tidak menyertakan estimasi awal biaya kerusakan akibat kebakaran hutan. AccuWeather menyebut butuh beberapa bulan sebelum penghitungan konkret kerugian finansial akibat kebakaran hutan tersebut.
“Kita masih dalam tahap awal bencana ini," ujar Porter.
(Febrina Ratna)