Muhadjir mengatakan penggunaan drone ini baru pertama kali dilakukan pada Lebaran 2024. Tujuannya, untuk menyempurnakan sistem pemantauan pada Lebaran 2023.
"Tadi sudah saya singgung bahwa CCTV yang tersedia itu dipasang di setiap 500 meter, sehingga ada wilayah blind spot yang tidak tercover oleh CCTV, yang itu menyebabkan ketika kita membuat perhitungan tidak terlalu akurat," katanya.
Dengan adanya drone, kata Muhadjir, maka pihak yang bertugas mengamankan arus mudik dan balik lebaran dapat terhubung dengan blind spot yang tak terjangkau CCTV.
Sehingga, analisis data CCTV dan drone bisa dikomparasi. Terlebih, drone memiliki kemampuan zoom atau memperbesar gambar 30 kali.
Sehingga, titik-titik yang terjadi masalah bisa diatasi segera mungkin, dan pangkalan pemantauan arus disebut juga bisa berpindah-pindah sesuai situasi di lapangan.
"Termasuk kalau ada kecelakaan itu tidak perlu harus didatangi dulu lokasinya untuk dicek kondisinya kita cukup drone dulu, kemudian drone memberikan informasi kita bisa mengambil keputusan sehingga kita bisa datang ke lokasi tidak untuk menganalisis tetapi untuk mengeksekusi," ucapnya.