“Tidak ada tempat tersisa bagi orang-orang di Gaza untuk melarikan diri. Lebih dari 85 Persen dari 2,3 juta penduduknya telah dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka selama empat bulan terakhir, dengan banyak yang mengungsi beberapa kali. Masuknya orang yang tiba di Rafah telah memberikan tekanan besar pada infrastruktur dan sumber daya. Namun, orang-orang terus tiba dalam ribuan orang,” kata ActionAid, dikutip dalam laman Middle East Monitor, Minggu (11/2/2024).
Tidak hanya itu, kepadatan sangat ekstrim dengan ruang yang tersedia diambil oleh tenda, beberapa diantaranya adalah rumah bagi 12 orang. Di sisi lain, ribuan orang juga hidup dengan dijejalkan ke tempat penampungan yang semakin tidak bersih, dimana ratusan orang berbagi satu toilet dengan yang lainnya.
“Orang-orang sekarang sangat putus asa sehingga mereka makan rumput dalam upaya terakhir untuk mencegah kelaparan,” kata Riham Jafari selaku Koordinator Advokasi dan Komunikasi di ActionAid.
“Setiap orang di Gaza sekarang kelaparan dan orang-orang hanya memiliki 1,5 hingga dua liter air yang tidak aman per hari untuk memenuhi semua kebutuhan mereka,” tambahnya.
Maka dari itu, pihaknya sangat mengkhawatirkan kondisi ini akan terus mengalami peningkatan, dimana serangan udara di daerah Rafah juga semakin kacau. Sehingga mereka kebingungan untuk kemana lagi harus melindungi 1,4 juta orang dari bencana seperti ini.