Biasanya, metabolit yang berpotensi mengubah keadaan telah diidentifikasi dalam kelompok yang luas dan bukan sebagai entitas individu, jelas rekan penulis Jeffrey Skolnick.
Kurang dari 7% dari sel-sel tersebut dalam darah telah dikarakterisasi secara kimia, namun pembelajaran mesin yang dipadukan dengan teknik analisis spektrometri massa telah memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi karakteristik unik yang dapat membuka jalan bagi diagnosis kanker ovarium, tambah rekan penulis Dongjo Ban .
Ia mengatakan dengan pendekatan baru ini, ribuan metabolit dapat dideteksi dengan mudah dan akurat sehingga dapat dilakukan diagnostik kanker ovarium yang akurat.
“Jelas, ada kebutuhan yang sangat besar akan tes diagnostik dini yang akurat untuk penyakit berbahaya ini,” tambah McDonald.
Tim peneliti optimis bahwa metodologi baru ini, yang diuji pada 564 wanita, juga dapat mengarah pada skrining dini untuk jenis kanker lainnya.
Pentingnya deteksi dini penyakit kanker
Kanker ovarium merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita. American Cancer Society melaporkan bahwa sekitar 1 dari 87 wanita akan terserang kanker ovarium, dan 1 dari 130 kemungkinan besar akan meninggal karenanya.
Tanda peringatannya antara lain kembung, sakit perut, kesulitan makan, dan sering buang air kecil.
Pemeriksaan panggul rektovaginal untuk mengidentifikasi kelainan, USG transvaginal untuk gambaran panggul, dan/atau tes darah CA-125 untuk mengukur keberadaan protein tertentu mungkin diperlukan untuk menentukan apakah seorang wanita menderita kanker ovarium.
“Jika diobati sejak dini, tingkat kelangsungan hidup selama lima tahun adalah lebih dari 90%,” kata Georgia Tech.
(FRI)