Tetapi, Arab Saudi kekurangan produsen dalam negeri untuk memanfaatkan industri kendaraan listrik yang berkembang. Pasar lokal yang kecil, biaya tenaga kerja yang tinggi, dan kurangnya pemasok lokal menjadi kendala utama pemerintah Arab Saudi.
Alasan ini juga yang membuat pabrikan otomotif Jepang, seperti Toyota, menolak peluang untuk membuka pabrik pada 2019. Padahal, mereka telah dijanjikan sejumlah keuntungan apabila membangun pabrik di Arab Saudi.
Namun, berdirinya pabrik Lucid dan rencana pembangunan fasilitas Ceer, membuat pemerintah Arab Saudi optimistris. Pada 2030, diperkirakan Arab Saudi dapat memproduksi hingga 500.000 unit mobil listrik dalam setahun.
Saat ini, satu-satunya pabrik mobil tersebut telah melakukan perakitan sebanyak 800 unit kendaraan sejak dibuka pada September 2023. Elemen kunci lain yang mungkin menarik OEM ke wilayah ini adalah ketersediaan bahan mentah untuk produksi, khususnya elemen seperti litium yang digunakan dalam produksi baterai kendaraan listrik.
Meski Arab Saudi berniat memproduksi logam tersebut, belum ada cadangan alam yang ditemukan. Tatiana Hristova, pakar di S&P Global Mobility, mengklaim bahwa Ceer berencana mengambil komponen dari BMW, termasuk baterai, komponen paling mahal dalam kendaraan listrik.
(NIY)