"Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa Intel telah mengalami kondisi yang buruk, sehingga kuartal-kuartal berikutnya sangat bergantung pada pembelian teknologi korporat," ujar Glenn O'Donnell, seorang direktur riset Forrester. "Kami yakin belanja teknologi akan perlahan-lahan meningkat," tambahnya.
Melalui sumber yang sama, produsen chip yang berwarna biru tersebut terus meningkatkan aktivitas pengiriman chip pusat data terkuatnya, diberi nama kode Sapphire Rapids, dimana sebelumnya sempat tertunda selama lebih dari satu tahun.
Perihal tertundanya pengiriman tersebut memberi kesempatan kepada saingannya, Advanced Micro Devices (AMD.O) serta pembuat CPU server berbasis ARM seperti Ampere Computing, untuk merebut pangsa pasar dari perusahaan tersebut.
Berdasarkan data Refinitiv, diperkirakan pendapatan kuartal kedua perusahaan ini berkisar di angka $12 miliar, angka tersebut melampaui estimasi konsensus analis sebesar USD11,75 miliar. Sedangkan menurut data yang sama, Intel, tengah berjuang untuk menghasilkan uang, diprediksi akan mengalami kerugian pada kuartal kedua sebesar 4 sen per saham, atau lebih buruk daripada laba 1 sen per saham yang diperkirakan oleh para analis.
Memburuknya profitabilitas Intel dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa margin kotor tidak disesuaikan pada kuartal pertama turun menjadi 34,2%, atau hampir setengah dari level tertingginya dalam beberapa dekade terakhir, yakni lebih dari 67% pada tahun 2010.