Ricky Thio menegaskan, Mazda tidak ingin mengukuti jejak brand lain demi masuk dalam persaingan. Sebab, katanya, Mazda memiliki filosofi tersendiri yang membuatnya berbeda dengan brand lain di seluruh dunia.
"Tentunya kita tidak mau disamakan ya. Bukan karena Jepang atau Amerika, atau China, tapi karena filosofinya. Yang punya kodo design, Jinba-Ittai, itu hanya Mazda. It's not about fun to drive, tapi filosofi Jinba-Ittai, saya berani klaim hanya Mazda yang punya itu. Saya yakin negara manapun tidak punya. Jadi kita fokus dengan (nilai jual) itu," ujarnya.
Mazda secara konsisten menerapkan desain fascia kodo dan filosofi jinba-ittai di seluruh line up-nya. Selain itu, Mazda juga konsisten bermain di segmen menengah ke atas, sehingga memiliki pasar tersendiri di Indonesia.
Seperti diketahui, brand China menawarkan harga yang sangat terjangkau untuk setiap model, baik SUV, MPV, hingga mobil listrik. Ini membuat brand asal Jepang yang lebih dulu berjualan di Indonesia harus berpikir keras dalam membawa produk yang menarik konsumen Tanah Air.
Setelah Wuling dan DFSK yang lebih dulu meramaikan industri otomotif Indonesia, merek-merek China lain kemudian menyusul. Dalam kurun beberapa tahun terakhir, merek-merek lain asal China mulai berdatangan, seperti Chery, Neta, BYD, dan GWM.
(YNA)