Ha yakin Mercedes mengetahui tentang cacat pada baterai mobil listrik setelah insiden di Incheon. Dia juga menilai, perusahaan tak melakukan apapun, termasuk menarik kembali (recall) sehingga terkesan menyembunyikan cacan tersebut.
"Mercedes harus bertanggung jawab atas ganti rugi sebesar 350 juta won, yang merupakan lima kali lipat biaya penggantian setiap baterai," kata Ha.
Kerentanan baterai itu diduga karena baterai Mercedes-Benz EQE disuplai dari Farasis Energy, perusahaan asal China yang tak masuk dalam daftar 10 besar perusahaan penyedia baterai mobil listrik dunia.
Penggugat mengklaim bahwa mayoritas mobil listrik Mercedes-Benz EQE menggunakan baterai dari Farasis. Padahal, menurut mereka, pabrikan asal Jerman itu mengklaim menggunakan baterai dari CATL yang tak lain pemimpin pasar baterai listrik global.
Hal tersebut terungkap dalam wawancara mantan VP Mercedes-Benz divisi car engineering, Christoph Starzynsky pada 2022 lalu di mana Mercedes-Benz EQE akan dibekali dengan baterai dari CATL.
(Rahmat Fiansyah)