Dalam kesempatan itu, Nangoi juga menjelaskan bukan hanya penjualan mobil buatan dalam negeri saja yang laku keras di berbagai belahan dunia. Mobil CKD atau yang dikirim dalam bentuk belum dirakit dan komponen mobil juga laris manis.
“Sementara CKD itu 96.541, naik sekitar 5 persen dari 2021. Yang menggembirakan adalah angka komponen, yaitu 166.839.841 pcs, tumbuh 94,7 persen dibandingkan 2021. Itu menunjukkan minat dunia terhadap industri otomotif Indonesia tumbuh sangat baik,” ucapnya.
Angka ekspor yang alami peningkatan signifikan terjadi karena beberapa pabrikan memutuskan untuk memproduksi model teranyar di Indonesia. Misalnya, Toyota dengan Kijang Innova Zenix, dan Honda dengan WR-V.
Melihat permintaan pasar otomotif dunia cukup besar terhadap mobil buatan Indonesia, Nangoi berharap pencapaian positif tersebut terus berlanjut tahun ini. Mengingat sektor ekspor di Indonesia masih dikuasai oleh hasil pertambangan, seperti minyak dan batu bara.
“Kalau bisa pencapaian ini bertahan di 2023, syukur-syukur kalau angkanya bisa lebih tinggi. Sekarang, kita ini (industri otomotif) menjadi penghasil devisa ekspor non-minyak terbesar di Indonesia, dengan berada di urutan keenam,” ungkap Nangoi.
(DES)