Riyanto menyampaikan, salah satu faktor utama penurunan ini adalah kebijakan pajak tambahan atau opsen di beberapa daerah seperti Jakarta, Jawa Barat, NTB, dan Jawa Timur. Harga kendaraan yang semakin mahal akan memberikan dampak terhadap daya beli masyarakat.
"Ada kenaikan opsen, daya beli melemah. Ekonomi kuartal pertama hanya tumbuh 4,7 persen, padahal targetnya 5,2 persen," katanya.
Menurutnya, hal ini bisa memberikan dampak besar, hingga berujung PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Sebab, perusahaan akan melakukan efisiensi demi menjaga kondisi keuangan.
"Kalau penjualan stagnan, kapasitas industri tidak terpakai maksimal. Biaya operasional jadi tak tertutupi dan efisiensi terpaksa dilakukan," ujarnya.
(Dhera Arizona)