Pengembangan ini terjadi dalam konteks ketegangan ruang angkasa yang meningkat. Pada Oktober 2024, media AS dengan mengutip US Space Force, melaporkan rencana AS mengirimkan senjata pengganggu (jammer) satelit Rusia dan China pada 2025.
Pada 27 April 2025, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membantah tuduhan bahwa Rusia mengembangkan satelit pembawa nuklir. "Tudingan itu tidak berdasar," ujarnya seperti dikutip Sputnik.
Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan, Moskow bersama Beijing secara konsisten mengadvokasi pencegahan perlombaan senjata di ruang angkasa dan menekankan eksplorasi damai. Mereka menuduh justru AS dan sekutunya yang menjadikan ruang angkasa sebagai medan persaingan baru dengan memosisikan Rusia dan China sebagai musuh utama, melalui kebijakan penyebaran senjata dan pemanfaatan ruang angkasa untuk perang.
(Ahmad Islamy Jamil)