BANKING

Bank Digital Tumbuh Tanpa Bakar Uang, Begini Caranya

Hatim Varabi 15/08/2023 20:09 WIB

PT Bank Jago Tbk (ARTO) memilih untuk fokus menjaga kesehatan neraca dan fundamental bisnis kokoh ketimbang cara-cara ekstrem seperti “bakar uang”.

Bank digital tumbuh tanpa bakar uang, begini caranya

IDXChannel - PT Bank Jago Tbk (ARTO) memilih untuk fokus menjaga kesehatan neraca dan fundamental bisnis kokoh ketimbang cara-cara ekstrem seperti “bakar uang”. Strategi bisnis ini dianggap lebih memberikan kepastian dalam menciptakan pertumbuhan bisnis yang berkualitas dan berkelanjutan.
 
“Kita lihat banyak startup yang melakukan bakar uang. Spending money to buy customers. Kalau Bank Jago beda. Sejak awal kami maunya seimbang antara gas dan rem untuk menjaga pertumbuhan yang berkualitas,” ujar Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung ketika berdiskusi dengan editor media baru-baru ini. 
 
Arief mengatakan, Bank Jago sebagai bank berbasis teknologi selalu berupaya untuk menyeimbangkan antara terobosan layanan digital dengan fundamental keuangan yang kuat. 

Seperti halnya startup, Bank Jago harus berani berinovasi dan lincah beradaptasi dengan perubahan zaman yang semakin cepat. Di sisi lain, Jago adalah bank yang juga harus memastikan fundamental dan neraca keuangan yang sehat, manajemen risiko yang handal, serta tata kelola perusahaan yang baik.
 
“Kami percaya bisnis perbankan bukan untuk jangka pendek, melainkan jangka panjang. Jadi jangan hanya melihat valuasi saham sesaat atau ketika harganya naik tinggi dan sebagainya," ujarnya.

"Yang harus dilihat adalah kinerja dan strategi jangka panjangnya. Saya yakin kalau  kita terus disiplin, hasil akan menunjukkan dan akan tercermin dalam valuasi saham,” imbuh dia.
 
Sampai Juni 2023, Jago telah melayani 8,3 juta nasabah, termasuk 6,7 juta nasabah funding pengguna Aplikasi Jago. Simpanan nasabah yang terkumpul dari nasabah funding selama semester I-2023 sebesar Rp10,1 triliun atau meningkat 65% secara tahunan (year on year/YoY).
 
“Dari 6,7 juta nasabah pengguna Jago App, sekitar 35% berasal dari platform GoTo. ini merupakan tren yang baik,” ungkapnya.
 
Dari sisi intermediasi, Arief menekankan pentingnya kualitas penyaluran kredit ketimbang mengejar pertumbuhan tinggi. Ini tercermin dari total kredit dan pembiayaan syariah Jago yang mencapai Rp11,2 triliun per Juni 2023 atau tumbuh 54% secara tahunan (YoY). 

Pertumbuhan kredit tersebut diimbangi dengan tingkat kredit bermasalah (NPL) yang terjaga di level 1,2% atau di bawah rata-rata industri perbankan yang sebesar 2,5%.
 
“Meskipun tech-based bank, DNA Jago adalah bankir yang diajarkan dari dulu ‘tidak boleh rugi’. Jadi buat apa tumbuh gila-gilaan tapi tahun berikutnya sibuk membereskan NPL. Membereskan kredit bermasalah itu lebih pusing daripada menggenjot kredit,” ujarnya.

Arief menambahkan Jago berkomitmen untuk menjaga aset berkualitas tumbuh, likuiditas terjaga dengan baik, serta memastikan permodalan cukup untuk mendukung investasi dan pengembangan bisnis.

“Bank Jago itu berisikan bankers yang tidak oportunis. Reputasi kami selama 30 tahun sebagai bankers dipertaruhkan. Jadi kami tetap harus hati-hati, tapi juga harus support modal dan funding,” tuturnya.

Terkait kemitraan dengan ekosistem GoTo, Arief optimistis kontribusi GoTo terhadap pertumbuhan bisnis Jago akan semakin meningkat ke depannya. Menurutnya, akan semakin banyak fitur dan produk keuangan baru yang dapat Jago dan GoTo integrasikan, terlebih setelah meluncurnya aplikasi GoPay.  

“Kalau sekarang kontribusi GoTo 35%, saya yakin akan lebih tinggi lagi karena akan lebih banyak lagi saluran untuk Jago bisa mengakuisisi nasabah. Pengguna GoPay App juga akan melihat lebih banyak lagi fungsi fitur kolaborasi (dengan Jago) yang bisa dimanfaatkan,” papar Arief.

Luasnya jaringan ekosistem GoTo, Arief menilai masih banyak potensi kolaborasi yang masih bisa dielaborasi dan dioptimalkan. Potensinya bukan hanya dari sisi pendanaan, melainkan juga dari sisi penyaluran kredit yang lebih luas ke mitra-mitra GoTo.  
 
“Di GoTo itu ada pembeli, driver, merchant, vendor yang punya kebutuhan masing-masing. Misalnya, financing untuk kendaraan, ganti HP, kebutuhan anak sekolah, kebutuhan ekspansi bisnis, dan kebutuhan pribadi lainnya. Itu sudah kami pikirkan, tapi kita lihat lagi jumlah dan segmennya yang bisa Jago kasih funding,” tuturnya.
 
Menurut Arief, penguatan kolaborasi tidak hanya dengan ekosistem GoTo tetapi juga mitra ekosistem digital lain yang juga berkontribusi positif terhadap pertumbuhan bisnis Jago. Namun, kolaborasi dengan mitra ekosistem lain akan memiliki skala prioritas yang berbeda-beda tergantung eksekusinya. (RNA)

SHARE