Ini Tiga Komponen Pengembangan Bank Digital, Apa Saja?
Perkembangan digitalisasi perbankan juga harus mengikuti teknologi yang semakin canggih di era 5.0.
IDXChannel - Indonesia saat ini telah memasuki era 5.0 setelah menikmati masa revolusi 4.0. Era digital 5.0 dalam dunia digitalisasi menuntut segalanya berubah dengan cepat, hal ini didukung dengan media elektronik sebagai sarana pelaksana perubahan.
Disrupsi teknologi di Indonesia telah membawa Indonesia menuju transformasi digital berskala besar terhadap sektor perekonomian ,tak terlepas dari perbankan yang kini mengalami transformasi dalam akselesarsi digital yang kian hari menjadi kebutuhan masyarakat.
Kondisi demikian mengharuskan perbankan meningkatkan transfomasi digital sebagai prioritas dan salah satu strategi meningkatkan daya saing bank.
Perkembangan digitalisasi perbankan juga harus mengikuti teknologi yang semakin canggih di era 5.0. Oleh karena itu, di era digital banking perbankan harus mengedepankan strategi pengembangan core banking, peluang bisnis, serta tantangan-tantangan yang harus dihadapi.
Expert Associate Partner McKinsey and Company, Aditya Saxena mengatakan, terdapat 3 komponen utama untuk bank digital dalam mengembangkan operasi front end digital pada perbankan. Pertama, bank masih harus mempertahankan cabang-cabangnya di samping mengurangi jejak fisik bagi nasabah.
"Kemudian, komponen modular dalam perbankan harus dapat dikonfigurasi, sehingga memungkinkan fleksibilitas dalam kecepatan operasi digital front end beroperasi pada kecepatan yang diperlukan, serta komponen waktu model operasi yang cepat dan gesit dalam perkembangan digital," katanya Jukat (15/7/2022).
Pada dasarnya ada tiga komponen utama tentang bagaimana bank digital terlihat seperti satu operasi front end digital. "Jadi kami memahami bahwa bank masih penting tetapi cabang-cabangnya masih penting, komponen kedua adalah komponen modular memungkinkan fleksibilitas dalam kecepatan yang memungkinkan operasi digital front end beroperasi pada kecepatan yang diperlukan terakhir, ini adalah waktu model operasi," ungkapnya.
Di Indonesia sendiri terdapat 99,5% konsumen telah mampu beradaptasi dengan keberadaan bank digital. Namun, 50% dari nasabah tersebut diketahui memutuskan untuk pindah ke layanan digital bank lainnya karena nasabah tersebut tidak mendapatkan layanan yang diinginkan, ditawarkan produk yang tidak berkualitas tinggi, serta kekhawatiran terkait keamanan.
Sehingga, tantangan yang muncul adalah bagaimana bank-bank dapat memenuhi kebutuhan nasabah serta menyelaraskannya dengan bisnis.
“Ini tentang menanamkan pemikiran itu di seluruh rantai nilai tentang bagaimana perjalanan pelanggan, dimulai dari memperoleh orientasi mereka, memberi mereka produk yang tepat, memberikan pemahaman, menangkap data mereka, menyediakan produk yang disesuaikan untuk melayani mereka dan memberi mereka serangkaian layanan,” ucap Aditya.
(SAN)