BANKING

Jelang Pengumuman Suku Bunga, Melihat Tantangan dan Langkah BI ke Depan

Maulina Ulfa - Riset 19/12/2022 14:54 WIB

Dalam jangka panjang, suku bunga BI diproyeksikan sekitar 6% pada tahun depan dan kembali melandai 4,75% pada 2024

Jelang Pengumuman Suku Bunga, Melihat Tantangan dan Langkah BI ke Depan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia akan dilaksanakan pada tengah pekan ini, yakni 21-22 Desember 2022.

Pengumuman kebijakan soal suku bunga acuan ini menjadi yang paling dinanti pasar. Pasalnya, RDG kali ini menjadi rapat pamungkas di penghujung tahun 2022 ini.

Selain itu, kebijakan suku bunga ini akan mempengaruhi beberapa sektor penting seperti saham, obligasi, hingga kredit.

Sebelumnya, RDG Bank Indonesia dilaksanakan pada 16-17 November 2022 lalu. Dalam rapat ini, dewan gubernur BI memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 6,00%.

Kenaikan ini menjadi yang tertinggi sepanjang tahun ini. Kenaikan ini membawa biaya pinjaman ke level tertinggi sejak Februari 2020. Kebijakan BI ini ditujukan untuk menjinakkan inflasi yang naik secara dramatis di tahun ini dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya, BI juga menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 50 bps menjadi 4,75% selama pertemuan bulan Oktober. (Lihat grafik di bawah ini.)

Tingkat inflasi tahunan Indonesia melaju cepat menjadi 5,95% pada September 2022. Menurut Trading Economics, ini menandai kenaikan harga konsumen tercepat sejak Oktober 2015 dan melampaui kisaran target bank sentral sebesar 2 hingga 4% untuk bulan keempat berturut-turut.

Pada Oktober, tingkat inflasi tahunan Indonesia sebesar 5,71%. Bulan berikutnya, angka inflasi ini turun ke level terendah dalam tiga bulan terakhir sebesar 5,42% pada November 2022. Angka ini juga di bawah konsensus pasar sebesar 5,5%.

Sementara itu, pemerintah mencatat bahwa perekonomian berada dalam posisi yang baik, didukung oleh peningkatan konsumsi swasta dan berlanjutnya penguatan ekspor.

Diproyeksi Masih Akan Naik

Mengutip Investing.com, BI diproyeksikan akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25-50 bps, mengikuti kebijakan hawkish The Fed yang masih akan mengerek suku bunga hingga tahun depan.

Langkah BI ini dilakukan untuk menjaga spread rate dengan suku bunga The Fed, agar nilai tukar rupiah tetap terjaga, serta mencegah capital outflow di pasar keuangan.

Menurut model makro global Trading Economics dan ekspektasi analis, suku bunga BI diharapkan menjadi 5,75% pada akhir kuartal ini.

Dalam jangka panjang, suku bunga Indonesia diproyeksikan sekitar 6% pada tahun depan dan kembali melandai 4,75% pada 2024, berdasarkan model ekonometrik Trading Economics.

Sejumlah instrumen investasi cukup sensitif dengan kenaikan suku bunga BI. Di antaranya obligasi, saham, hingga kredit masyarakat, utamanya kredit pemilikan rumah (KPR).

Menurut perhitungan Bank Indonesia, kenaikan suku bunga berdampak pada kenaikan bunga pinjaman yang transmisinya diperkirakan sekitar enam bulan jika dalam kondisi normal.

Menurut data suku bunga dasar kredit (SBDK) sejumlah bank besar yang dipublikasikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2022, bunga KPR perbankan saat ini dipatok dalam kisaran 7-10%. Bunga KPR Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, dan Bank CIMB Niaga dipatok sebesar 7,25%.

Sementara KPR BCA berada di level 7,20%, Bank Panin 7,75%, Bank Danamon 8%, Bank Permata 8,25%, dan Bank OCBC NISP 8%.

Adapun SBDK digunakan sebagai dasar penetapan suku bunga kredit yang akan dikenakan oleh bank kepada nasabah. SBDK belum menghitung premi atau risiko dari penyaluran kredit kepada nasabah. 

Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi Indonesia 10 tahun tercatat berada di level 6,89% per Senin (19/12). Sebelumnya, imbal hasil obligasi 10-tahun sempat mencapai all-time high (ATH) pada akhir Oktober lalu yang mencapai 7,6%.

Sementara IHSG ditutup di zona hijau pada perdagangan akhir pekan, setelah naik 60,333 poin (+0,89%) ke level 6.812,19. Dalam pantauan perdagangan akhir pekan, investor asing mencatat net sell sebesar Rp351 miliar di pasar reguler.

Sementara dalam sepekan IHSG tercatat menguat +1,45%, meski investor asing membukukan net sell senilai Rp 4,74 triliun di pasar reguler.

Adapun rupiah ditutup dikisaran level Rp15.597 per dolar AS pada akhir pekan. Di tengah aksi hawkish The Fed, kinerja rupiah menjadi sangat fluktuatif sepanjang tahun ini.

Di awal pekan, nilai tukar rupiah dibuka melemah 15 poin ke level Rp 15.613 per dolar AS di pasar spot pagi ini (19/12). Namun, jelang RDG BI, rupiah masih diramalkan akan menguat tipis.

Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS pagi ini. Yen Jepang menguat 0,26%, bersama dolar Singapura 0,17%, dolar Hong Kong 0,01%, won Korea Selatan 0,66%, peso Filipina 0,26% dan ringgit Malaysia 0,14%.

Sebaliknya,  pelemahan dialami Dolar Taiwan 0,06%, rupee India 0,13%, dan baht Thailand 0,03%, sedangkan yuan Cina stagnan. (ADF)

SHARE